JAWABARAT | | FOKUSPRIANGAN.ID – Hanya manusia yang dapat memiliki kemampuan berfilsafat karena memiliki tubuh yang mempunyai metabolisme, pikiran, nurani, akal, moral, kalbu, nilai dan norma, etika dan estetika. Manusia memiliki sifat dan karakter ingat, mengingat (eling).
Manusia adalah mahluk, “berpikir”dengan pikiran dapat menganalisa sesuatu untuk mendapatkan jawaban. Manusia selalu terjalin dialog pada diri sendiri, sesama manusia bahkan dialog pada Tuhan. Pikiran manusia dapat merambah ke wilayah yang sangat luas, pikiran manusia dapat menjangkau wilayah lahir-batin, fisik-metafisik bahkan dunia dan akhirat.
Berfikir filsafat lebih cenderung kepada kegiatan menyelusuri dan mengarungi alur berpikir ke arah dalam yaitu introspeksi, gerakan untuk mendapatkan intisari makna tersirat dan tersurat. Dengan mendalami ilmu filsafat merupakan metode rasional untuk mencapai metode ilmiah yang sempurna. Ilmu filsafat banyak menyumbang ide dan memperkaya munculnya sistem nilai budaya yang luhur.
Budaya adalah pandangan hidup yang memiliki nilai yang paling tinggi dalam masyarakat karena sebagai pendorong untuk berprilaku dalam mewujudkan kehidupan yang beradab. Di sinilah manusia di katakan mahluk yang paling sempurna.
Fungsi filsafat dan apa manfaat mendalami ilmu filsafat. “Filsafat adalah ilmu yang berfungsi menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam bisa mengenai ketuhanan (theologi), alam semesta (Kosmologi), manusia (antropologi) agar dapat menghasilkan pengetahuan bagaimana hakikatnya.
Pengetahuan dapat di jadikan tolak ukur manusia untuk memahami dan bersikap yang akhirnya mampu meningkatkan kualitas hidup dengan tatanan moral dan akhlak yang memiliki rasa kemanusiaan,”
Ilmu Kemanusian merupakan nilai yang memiliki kedudukan sangat sentral dalam proses pembanguan, banyaknya kerusakan dan penyimpangan dalam pertumbuhan pembangunan di segala bidang karena mengabaikan dan tidak menempatkan ilmu kemanusian sebagai landasan utama.
Ilmu filsafat memiliki fungsi yang mendasar karena dapat membentuk moral manusia yaitu kualitas moral manusia pada Tuhan, moral manusia terhadap dirinya (jati diri), moral manusia kepada manusia lainnya, moral manusia kepada mahluk lainnya, moral pada waktu yaitu dapat menghargai waktu, moral untuk mencapai kebahagian lahir batin agar tercipta sikap mental, karakter, ideologi yang kuat.
Ideologi merupakan hasil dari penelusuran ilmu filsafat yang akhirnya menjadi kekuatan pribadi, masyarakat bahkan suatu bangsa. Ilmu filsafat adalah ilmu yang mempelajari kebijaksanaan, pengetahuan dan realita.
Filsafat lahir di dunia barat pada zaman Yunani kuno pada abad ke 6 S.M atau 600 tahun S.M dan merupakan cikal bakal ada ilmu filsafat yang berasal dari “Philosphia” yang artinya “Cinta dan kebijaksanaan”.
Ahli pemikir Yunani Socrates (470-399 sebelum masehi) lebih awal lagi, cara berpikir dan banyak pertanyaan dari dirinya yang ingin dia ketahui mengenai suatu persoalan, dengan berani dan tidak ragu-ragu dan selalu tidak merasa puas, maka dia terus mencari jawaban.
Plato berkata bahwa filsafat ada di mulai adanya ketegangan dalam menghadapi persoalan-persoalan yang muncul, sehingga manusia muncul dalam pikirannya dan bertanya, apa sebab demikian, artinya setiap ilmu pengetahuan yang lahir adalah dari ilmu filsafat.
Dengan demikian hal yang penting dalam filsafat yaitu Sebab-akibat karena sangat dihubungkan dengan tujuan segala sesuatu. Sebab akan menjadi pertanyaan dan akibat akan menjadi pertanyaan.
Makna Filsafat menurut pendapat Langenveld yaitu Filsafat adalah suatu perbincangan tentang segala hal, tentang semua yang ada di alam semesta secara sistematis membedah ke akar-akarnya untuk mendapatkan hasil berupa makna dan nilai dengan tujuan menemukan hakikatnya.
Tokoh filsuf Aristoteles orang pertama yang mengkondisikan hukum-hukum logika yang akhirnya menghasilkan pembuktian. Filosofi tentang Tuhan menurut Aristoteles Tuhan adalah penggerak yang tidak bergerak yang bertanggung jawab atas segala pergerakan di alam semesta.
Pythagoras berpendapat untuk mendapatkan jawaban pasti dari ilmu filsafat dengan mencampuradukan pemikiran persoalan yang bersifat ilmiah eksak dan pemikiran yang bersifat mitos. Berpikir Filsafat tidak pernah ada habisnya, selalu tumbuh pemikiran baru yang akhirnya muncul ilmu baru.
Hasil dari pemikiran filsafat kebenaran adalah kebenaran yang subyektif berasal dari beberapa sudut pandang. Seorang filsuf harus memiliki minat yang kuat dalam kadar kedalaman dan ketajaman pikiran. Hasil dari kebenaran filsafat merupakan hasil perenungan seseorang tentang hakikat kehidupan yang menjadi acuan dan di ikuti hasilnya oleh orang lain.
Filsafat dapat di kelompokan menjadi 3 kategori yaitu : 1. Filsafat Ilmu, 2. Filsafat Ide, 3. Filsafat pandangan kehidupan.
Para pemerhati kebudayaan dalam berfilsafat yang menghasilkan nilai filosofi adalah menjadi pandangan hidup (way of life), karakter setiap bangsa ataupun etnis pasti berbeda-beda. Karakter bangsa Timur Tengah berlandaskan nilai agama samawi, Karakter bangsa Yunani berlandaskan filsafat hasil pemikiran pakar filosofinya, Karakter bangsa Amerika Serikat berlandaskan azas wujud yang fakta ada, artinya ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting, Karakter bangsa China berdasarkan sikap ngotot, bersikukuh, Karakter bangsa Jepang berlandaskan tata krama dan etos kerja.
Karakter bangsa Indonesia berpedoman dasar pada adat istiadat dengan upacara-upacara yang penuh makna.
Setiap bangsa memaknai akan Tuhan akan ada perbedaan dari penelusuran pribadinya.
Karakter bangsa Indonesia yang berdasarkan pada adat istiadat di setiap suku juga ada perbedaan dan memiliki nilai dan makna filosofi yang juga berbeda-beda. Mengingat bangsa Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau, bahasa, suku yang bhinneka tunggal ika.
Dengan perbedaan wilayah saja dapat membentuk karakter dan falsafah yang berbeda. Contoh masyarakat pesisir pantai dengan budaya memenuhi kebutuhan menjadi nelayan pasti falsafah hidupnya ” Laut kehidupan ku dan menghidupkan ku”.
Masyarakat Sunda upacara adat sangat di yakini sebagai tatanan aturan hidup untuk mengatur tertibnya kehidupan (Tertibna Hirup) yang mengandung nilai, norma, etika budaya sebagai tuntunan manusia dalam berperilaku agar menjadi manusia yang bermoral.
Filsafat masyarakat Sunda adalah mengenal jati diri yang harus di aplikasikan dalam kehidupan agar terbentuk karakter masyarakat Sunda yang Luhung Elmuna, Jembar Budi, Pengkuh Agamana, Rancage Hatena, Rancage Gawena, menjadi Pribadi yang berkarakter cager, bageur, bener, pinter, teger, pangger, wanter, singer, cangker dengan falsafah silih asih, silih asah, silih asuh agar tercipta ” ripah, repeh, rapih, tentrem, tintrim, bagja, waluya, rahayu lahir dan batin.
Budaya Sunda dalam memahami dan memaknai sesuatu persoalan dalam kitab Siksa kandang karsian di sebut “Pancacuriga” (lima ilmu) untuk menafsirkan yaitu Silib, Sindir, Simbol, Siloka, Sasmita. Nilai filosofi masyrakat Sunda sangat banyak dapat kita pelajari dari Naskah-naskah kuno, Wangsit, Uga, Cerita Pantun, Cerita Mitos, Legenda, Babasan, Paribasa, Lirik Tembang (Sinom, pupuh, dangdan gula).
Dalam wujud benda dalam filsafat Sunda dapat di hasilkan makana dan nilai. Para tokoh filsuf Sunda sudah memiliki pikiran yang luhur untuk memaknai suatu persolan untuk mendapatkan nilai dan menjadi ilmu pengetahuan dan ilmu itu di terapkan dalah kehidupan sehari-hari.
Untuk membahas filsafat Sunda dan filosofi Sunda akan kita bahas dalam tulisan berikut.
Yang utama bahwa Orang Sunda ataupun wilayah Sunda tidak kalah dengan para toko negara luar dalam hal pemikiran-pemikiran untuk menghasilkan ilmu filsafat yang dapat di jadikan nilai untuk membentuk karakter masyarakat Sunda dalam memajukan sikap, mental dan ideologi menuju manusia paripurna yang dalam masyarakat sunda disebut
” Manusa Unggul” (Maung).
Yang utama dari tulisan ini mengingatkan generasi bangsa agar tidak melupakan dan memahami falsafah bangsa sendiri yang di hasilkan oleh leluhur bangsa kita bahwa nilai budaya yang di hasilkan adalah atas cipta, karsa dan rasa leluhur bangsa sendiri. “HIDUPKAN NILAI FALSAFAH BUDAYA BANGSA KITA”
Sekian terima kasih.
04/02/2025
YAYASAN SUNDA TIGABELAS BUHUN