Tugu Pahlawan di Mande, Monumen Bersejarah, 53 Pejuang Gugur dan di Semayamkan, Begini Kisahnya !!

Fokus Cianjur Sosial

KAB. CIANJUR. FOKUSPRIANGAN.ID – Mungkin sebagian dari kita belum mengetahui akan adanya monumen pahlawan di Pasir Honye Desa Mande, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

Monumen yang kini hanya terlihat pucuknya itu, ternyata menyimpan kisah perjuangan yang patut kita ketahui. Pasalnya, di tempat monumen itu berada, terkubur jasad 53 Pejuang Indonesia melawan Penjajah, pada Agresi Belanda ke 2 ( dua ).

Namun sayang keberadaan Monumen tersebut tidak begitu banyak orang tahu, bahkan kini kondisinya pun sudah tidak terurus alias terbengkalai. Menurut warga setempat yang merupakan Cucu dari seorang pejuang, Ayi Sobariah ( 53 ) mengatakan, bahwa tinggi dari Monumen tersebut diperkirakan tiga meter, namun karena kurang terurus, Monumen tersebut tertimbun tanah dan hanya terlihat ujungnya saja.

“Saya sering bertanya dan didongengkan oleh kakek saya tentang Monumen ini, memang cerita dari para peteran Monumen ini menandakan bahwa ada 53 Pejuang Indonesia yang gugur dan dikebumikan disini,” kata Ayi Sobariah, bercerita kepada wartawan di dekat Monumen tersebut, Senin, (24/01/22).

Sobariah menjelaskan, bahwa di tempat tersebut pernah terjadi pertempuran antara pejuang Indonesia melawan Penjajah hingga terjadi pertumpahan darah dan menewaskan 53 Pejuang Indonesia.

“Waktu itu Belanda ingin menguasai Mande, Karena Mande sangat subur, dan di tempat ini, pejuang kita telah bersiap untuk menyerang Belanda yang akan memasuki Mande, dan waktu itu posisinya sudah pasti menang karena Medan sudah dikuasi Pejuang kita, Namun ada penghianat yang memberitahukan kepada Belanda, sehingga posisi Para Pejuang diketahui Belanda, hingga terjadi pertempuran dan Gugurlah 53 Pejuang Indonesia,” kata Ayi Sobariah, sambil mengingat Cerita Para Peteran dulu Kepada dirinya.

Sobariah menyebutkan bahwa tidak hanya pejuang Indonesia saja yang meninggal disana, hanya saja Tentara Belanda yang tewas di pertempuran kala itu langsung di evakuasi oleh Belanda lainnya ke Kendaraan Perang, Sementara Pejuang Indonesia dibiarkan bahkan ada yang sampai dilindas oleh Tank Baja.

“Tentara Belanda pun ada yang meninggal, Namun Tentara Belanda langsung diangkut ke Tank Baja, sedangkan Pejuang kita dibiarkan bahkan ada yang dilindas oleh mereka,” tuturnya sembari menangis.

Sobariah mengatakan bahwa nama dari ke 53 Pejuang yang gugur tertulis di Monumen tersebut, namun sayang dirinya tidak sempat Menulis nama nama Pejuang di Monumen tersebut.

“Perwira dari Tentara kita dulu di pimpin oleh Jendral Nasuhi, dan beliau selamat, namun untuk ke 53 Pejuang saya tidak sempat menulisnya, namun di Monumen ini tercatat ada di bawahnya, saya dulu sering lihat dan baca, tapi mungkin sekarang tulisannya sudah rusak karena tertimbubun,” tuturnya.

Melihat kondisi Monumen yang saat ini tertimbun tanah, Sobariah hanya bisa berharap kepada pemerintah supaya Monumen tersebut kembali seperti semula, agar Masyarakat dan generasi Muda tau, bahwa ada sejarah di Kecamatan Mande.

“Dulu saya masih sekolah di malam 17 agustusan itu sering diadakan pawai obor kesini dan saat ini saya juga sering mengajak para murid Sekolah Dasar untuk datang kesini dan membacakan doa, dan para siswa pun sangat tertarik dan antusias mendengarkan kisah Monumen ini. Selain itu sebelum Virus Corona mewabah, Aparat Desa dan Masyarakat sering juga mengadakan renungan Suci, untuk mendoakan para pejuang yang gugur di tempat ini, untuk itu saya berharap agar Monumen ini digali dan kembali diperbaiki,” tutupnya. (Andri.S)