Oleh : Ambu Rita Laraswati (Penulis & Budayawati)
Pepatah mengatakan “bahasa menunjukan bangsa” artinya ciri dan perbedaan suatu bangsa dengan bangsa lainnya dapat di lihat dari bahasanya. Bahasa juga menunjukan budaya suatu bangsa tersebut yang terlahir dan ada pada waktu lampau. Bahasa juga dapat menentukan sejarah peradaban suatu bangsa.
Pada tanggal 21 Februari 2025 Masehi adalah hari memperingati lahir bahasa ibu sedunia.
Dalam bahasa Sunda di sebut “Mieling Bahasa Indung Sa Dunya” dalam kalender Caka Sunda jatuh pada tanggal 1K (Kersa paksa), sasih Asada (9), Wuku Kuningan (12), Windu Kuntara (2), hari Sukra manis (Jumat manis), indung poe ka 17.
Di katakan Bahasa ibu (indung) artinya adalah bahasa daerah yang ada di setiap daerah suku bangsa yang merupakan bahasa yang menjadi alat komunikasi suku bangsa tertentu. Untuk mengingatkan kita sebagai generasi zaman ini agar kita tidak lupa pada purwadaksi dan pengetahuan, sejarah bahasa Sunda yang tumbuh di tatar sunda, penulis terdorong untuk menulis tentang bahasa Sunda, karena kita adalah “Urang Sunda”. Terutama generasi muda dan generasi yang akan lahir jangan sampai lupa dan tidak tahu berbahasa Sunda dalam kehidupan sosial masyarakat di tatar Sunda.
Perkembangan bahasa Sunda di tatar Sunda terbagi menjadi tiga zaman yaitu bahasa Sunda masa lampau (sebelum 1600-1945), bahasa Sunda masa kini (1945-sekarang), bahasa Sunda masa akan datang.
Perkembangan dalam sejarah bahasa Sunda pasti ada kejadian sehingga bahasa Sunda ada dan menjadi bahasa komunikasi orang Sunda. Perkembangan bahasa Sunda untuk masa yang akan datang bagi generasi Sunda kedepan akan bagaimana?
Melihat kondisi zaman kini bahasa Sunda semakin merosot fungsi sebagai bahasa yang di pakai dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat di tatar sunda. Jika bahasa Sunda di waktu yang akan datang hilang artinya keberadaan urang Sunda juga hilang dan keberadaan bangsa juga hilang, tidak ada ciri sejati orang Sunda jika bahasa indung/ibu/daerah punah, maka punah juga ciri dan keberadaan bangsa Sunda dan jika terjadi suatu yang sangat merugi dan miris untuk masyarakat orang Sunda. Artinya bahasa menunjukan bangsa itu ada dalam peradaban.
Peran bahasa daerah, bahasa Sunda merupakan produk masa lampau yang memiliki nilai sejarah. Bahasa daerah Sunda merupakan perwujudan jati diri orang Sunda.
Masa sekarang masa dinamis, era global, budaya yang satu dan yang lainnya dapat saling mempengaruhi. Urbanisasi, pengaruh media, kondisisi sosial yang heterogen mengakibatkan bahasa Sunda tidak bisa eksis dalam habitat masyarakat Sunda sendiri. Adanya pernikahan antar suku yang beda bahasa daerah salah satu faktor merosotnya bahasa Sunda di tatar Sunda, muncul kekhawatiran masyarakat salah dalam berbahasa Sunda, dunia pendidikan yang kurang menerapkan pembelajaran bahasa Sunda, terutama sekolah-sekolah berkelas internasional lebih menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar, media juga sedikit sekali yang menggunakan bahasa Sunda. Nah itu akibat bahasa Sunda mengalami kemerosotan dan angka kemerosotannya sangat signifikan.
Bagaimana cara untuk mengatasinya?
Perlu di lakukan hal-hal yang bersifat preventif dan antisipatif baik dari pihak pemerintah dan para praktisi budaya serta masyarakat untuk memiliki kesadaran yang sama untuk melestarikan bahasa Sunda.
Menurut Ajib Rosidi orang sunda adalah orang yang mengakui dirinya orang sunda dan diakui oleh orang lain sebagai orang Sunda.
Orang Sunda adalah sekelompok orang yang di besarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda dengan melakukan kehidupan menghayati dan menggunakan norma-norma dan nilai-nilai budaya sunda. Salah satu adalah bahasa Sunda yang merupakan nilai luhur yang di wariskan oleh para karuhun dan leluhur Sunda yang menjadi alat komunikasi yang baik untuk tercipta norma-norma kebaikan dalam berkehidupan sosial masyarakat dalam komunikasi.
Keterangan dalam Summer institute of linguistik (SIL) menjelaskan terdapat 289 bahasa di dunia yang dari penuturannya lebih dari satu. Bahasa Sunda dalam urutan yg 32, dengan jumlah penutur 27 juta.
Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia.
contoh kata Lisung bahasa Sunda, lesung (jawa), lisuh (kawi), lesong (madura), lisong (dayak), losong (tagalok).
Bahasa Sunda dalam suatu lingkungan tatar Sunda banyak perbedaan. Perbedaan itu berada dalam tataran fonologi, tataran makna suatu kata atau kalimat. Bahasa yang berlaku di daerah masyarakat berupa dialek atau bahasa wewengkon. Bahasa Sunda standar di sebut bahasa Sunda “lulugu”.
Jawa Barat bagian barat, sampai Jawa Barat bagian timur yaitu dari wilayah Banten, Selatan batas Cilacap, Timur Brebes bahasa dialeknya sangat banyak, dialek Cirebon, dialek Sumedang, dialek Kerawang. Dialek Sunda di bedakan menjadi 6 dialek yaitu dialek barat (Banten) dialek utara (Pantura), dialek selatan (Periangan, Bandung sekitarnya), dialek tengah (Majalengka), dialek timur laut (Kuningan, Brebes), dialek tengara (Camis).
Bahasa lisan adalah suatu bentuk komunikasi yang unik di jumpai pada kehidupan manusia dengan kata-kata yang di turunkan dari kosakata yang besar kurang lebih 10.000 dan macam-macam yang di ucapkan melalui mulut.
Kata-kata terucap menjadi untaian kalimat. Kosa kata yang di gunakan bersama dengan bunyi membentuk jati diri bahasa sebagai bahasa alami.
Bagaimana dan sejak kapan bahasa Sunda di gunakan untuk komunikasi lisan?
Sejak adanya bahasa sebagai alat komunikasi sejalan dengan adanya kehidupan masyarakat tersebut, artinya bahasa Sunda ada sejalan dengan adanya masyarakat Sunda tersebut, artinya saat bahasa ada maka bangsa ada.
Siapa masyarakat atau manusia tertua di Jawa Barat yaitu manusia Pawon (ras Mongoloid) 9.500-5.600 tahun yang lampau. Pada saat itu belum di temukan aksara dan bahasa yang pasti jadi komunikasi sangat terbatas, komunikasi hanya untuk transaksional, komunikasi yang di gunakan bahasa lisan dan sangat sederhana yaitu Bahasa lisan zaman purba.
Seiring perkembangan kebudayaan manusia, saat manusia memahami dunia mistis, mencari keberadaan Sang Pencipta, komunikasi lisan di jadikan bahasa untuk kepentingan kepercayaan yang ahirnya muncul komunikasi lisan lewat “genre sastra puisi” atau di sebut sajak. Sajak berkembang sesuai bentuknya yaitu Sawer, Mantra, Pantun, Sisindiran (parakitan, rarakitan, wawangsalan), Kakawihan, Gindang, Syair, Pupujian, Wawacan, Babat, Guguritan, Drama Puisi, Gandingkresmen, Jemplungan, Sajak, Rumpak.
Kapan aksara di tatar Sunda ada dan menjadi bahasa tulisan? Sunda dalam hal aksara mengadopsi dari negara luar. Budaya masuk pertama adalah budaya India yaitu aksara Palawa dan bahasa Sansekerta, di susul bahasa Arab dengan aksara Pegon, Bahasa Jawa Kuna, Sunda Kuna, Cacarakan laku Latin.
Bukti nyata catatan sejarah, bahasa dan tulisan pada zaman Tarumanegara (358-669M) kerajaan Hindu, di tandai dengan ada beberala prasasti Sri Maharaja Purnawarman di Ciaruteun, Kebon kopi, Prasasti Pasir Jambu, Cidangiang. Semua Prasasti tersebut berbahasa Sansekerta di tulis dengan aksara Palawa.
Pada abad ke-8 sampai abad Ke-16 zaman kerajaan Sunda masa Pajajaran dan Galuh di temukan prasasti dan piagam, naskah-naskah kuno yang mengunakan aksara Sunda kuno cikal bakal aksara Sunda “kaganga” lalu pada abad ke-16 pengaruh Mataram aksara menjadimenjadi. “Hanacaraka” yang sampai sekarang di ajarkan di sekolah sampai abad ke-20.
Pada zaman kerajaan Pajajaran banyak ditemukan karya sastra yaitu Darmasiksa, Siksakandang Karesian, Pasukpata, Mahaparwita, Siksaguru, Dasasila, Pancasiksa, Gurutalapakan, Jagatupradesa, Jadusakti, Tetebuan, Tatejayana dan lainnya ( Prawirasumantri, 1990:13). Pada zaman itu orang Sunda sundah mengenal bahasa bahkan sudah ada ahli bahasa. Dapat di lihat dalam “Sang Hyang Siksakadang Karesian” yaitu Hayang kenal basa Cina, Keling, Mesir, Samudra, Banggala, Makasar, Padang, Palembang, Siem, Kalaten, Bangka, Buwun, Beten,Tulang Bawang, Sela, Pasai, Parayaman, Dinah, Andalas, Pego, Mulang Kebo, Mekah, Bureret, Palawa, Sasak, Sembawa, Bali, Jengge, Sabino, Ogan, Kanangan, Komoring, Simpangtiga, Gunatung, Manubi, Bubu, Nyiri, Sapari, Patungan, Surabaya, Lampung, Jambudipa, Sereng, Gedah, Selat, Salondang, Indragiri, Tanjungpura, Baluk, Jawa.
Tanyakeun ka jurubasa “Darmamurcaya”.
Pada zaman kerajaan Pajajaran orang Sunda sudah memiliki catatan berupa naskah cerita Ciung Wanara, Prabu Siliwangi, Ratu Pakuan, Parahyangan, Kunjakarna, Mundinglaya, dan lain-lain. Zaman itu orang Sunda sudah mengenal bahasa dan akara, peradaban dan perkembangan budaya di bangun oleh leluhur orang Sunda dan zaman kini jangan sampai hilang dan membuat hilangnya keberadaan orang Sunda sendiri.
Bahasa daerah adalah salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh negara sesuai dengan fungsinya yaitu: 1.Lambang kebanggaan daerah, 2.Lambang indentitas daerah, 3.Alat penghubung dalam keluarga dan masyarakat daerah.
Pasal 36, Bab XV, UUD 1945 tentang kedudukan dan fungsi bahasa. Dalam hubungan dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi: 1. Pendukung bahasa nasional, 2.Bahasa pengantar di sekolah, 3.Alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah.
Untuk melestarikan bahasa Sunda pada zaman kini di dirikan proyek penelitian folklor Sunda, Proyek penelitian bahasa dan Sastra Indonesia daerah Jawa Barat, Proyek pendidikan bahasa Sunda, proyek pengembangan kebudayaan sunda, Proyek transkripsi naskah Sunda, Lembaga kursus bahasa Sunda, Membuat media online bahasa Sunda sebagai pengantar dan lain-lain.
Hal-hal di atas merupakan cara untuk melestarikan bahasa Sunda dan merupakan strategi untuk mendukung pengembangan pemajuan kebudayaan yang di atur dalam UUD RI nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan. Bahasa adalah salahsatu dari sepuluh objek pemajuan kebudayan.
Dengan adanya peraturan pemerintah dalam kebudayaan sudah menjadi ruang luas dan tidak ada alasan bahwa bahasa daerah khususnya bahasa Sunda untuk tidak dapat dilestarikan. Bahasa Sunda basa kuring, basa bangsa urang Sunda. Semoga tulisan ini menjadi semangat untuk kita orang Sunda untuk mengunakan bahasa Sunda dalam komunikasi sehari-hari. “Mieling Poe basa Indung Sa Dunya”
Bandung, 21 Februari 2025.
Yayasan Sunda Ketigabelas Buhun.