Ajaran Luhur Budaya Sunda Selaras Dengan Agama (Sang Sewaka Darma) Oleh : Ambu Rita Laraswati (Penulis & Budayawati)

Fokus Jabar Seni dan Budaya Sosial

NASIONAL | FOKUSPRIANGAN.ID – Pada abad ini dengan kemajuan teknologi dan moderenisasi, adanya perdagangan bebas telah membawa dampak pada sendi-sendi kehidupan sosial masyarakat bangsa kita menjadi tidak menentu. Teknologi moderenisasi membuat kemudahan dalam penyelesaian pekerjaan, sangat membantu sekali dalam hal dunia industri, ekonomi, bahkan dunia pendidikan.

Kenyatannya ada dampak dugaan tidak baik dalam moral dan budi terhadap kehidupan manusia baik tua dan muda. Kemajuan teknologi dalam komunikasi sangat cepat sehingga akses berita apapun dan di belahan dunia manapun sangat mudah informasi di dapatkan, aplikasi tersedia, bahkan aplikasi judi online yang marak akhir-akhir ini telah membuat perubahan kehidupan manusia dari anak-anak, dewasa dan para pejabat pun melakukan budaya judi yang akhirnya merubah moral dan metal manusia.

Kehidupan manusia pada zaman ini semua sangat tergantung pada teknologi tapi teknologi kenyataanya dapat membuat mudur karakter baik, watak baik, kejiwan baik, moral baik, adat baik, adab baik manusia sehingga manusia banyak yang kehilangan kesadaran diri, bahkan tidak ingat pada jati diri (purwadaksi), bahkan lupa akan Tuhan Sang Pencipta.

Kondisi ini adalah kondisi yang kritis karena manusia tidak lagi berprilaku sesuai tuntunan agama dan budaya leluhur dan ini akan membuat munculnya kejahatan, dan hilangnya akal sehat, hal ini akan mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat jauh dari ketentraman, keamanan, kedamaian, keselarasan dan hal ini memacu ada bencana-bencana alam di sekitar kita. Kondisi ini akan membuat keburukan pada kehidupan manusia dan mahluk lainnya.

Dalam kondisi ini sangatlah penting nilai kebudayan, kearifan lokal, ajaran leluhur bumi pertiwi di bangkitkan dan kembali menjadi konsep dan rumus untuk menjadi pagar untuk mencegah kondisi yang lebih buruk lagi. Perlunya ajaran kebudayan Sunda di sampaikan lagi sebagai edukasi, pembelajaran. Sunda sebagai suatu ajaran diri untuk mengenal diri, guru sejati, yang menjadi dasar adanya kehidupan alam semesta dan makhluknya harus di segera di wariskan pada generasi muda. Ajaran yang merupakan hasil olah rasa dari nenek moyang kita yang berlaku kehidupan dalam kesucian lahir batin, laku prihatin untuk meminta petunjuk pada Sang Hyang Wisesa Agung harus di gemakan kembali.

Sang Sewaka Darma merupakan ajaran pegangan moral, nilai budi pekerti warisan leluhur Sunda yang tertulis dalam naskah Sunda. “Sang Sewaka Darma” dapat jadikan rumus hidup manusia dalam menjalani kehidupan dalam dunia dengan tugas dan darma kehidupan diri masing-masing.

Tujuan ajaran ini untuk mendapatkan kebaikan dan kesempurnaan mencapai kesejahteraan hidup dengan mengunakan dan menjadikan nilai budi pekerti adalah ilmu yang menjadi bekal kehidupan sehari-hari, pitutur bijak, aturan kehidupan di dunia baik berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Ajaran Sang Sewaka Darma berupa bait kawih (Kidung) sebagai pitutur untuk membangun rasa pribadi para siswa. Bait kidung ajaran Sang Sewaka Darma 67 bait. Naskah kuno keropak 408 adalah bukti bahwa di Jawa Barat adanya ajaran Tantrayana pada masa dahulu. Kerajaan Talaga (Majalengka) berdiri pada abat ke-14 adalah kerajaan budis ungsur dewata, adalah hyang yang berada di kahiyangan.

Naskah Sang Sewaka Darma di susun oleh Buyut Ni Dawit yang lokasi di kuta wawatan. Penulis akan menuliskan beberapa bait saya, yaitu:
Anaking mulah mo yatna-yatna reungeu sabda sang pandita ingetkeun hayuwa lali teher nging ngenak-ngenak rasa ngarana ngapakeun tali

Ingetkeun na dasa sila
iseuskeun na panca sakit iyan taningkah
keun raga mayahkeun sarira
ngalekaskeun suku tangan

Suku milang awak urang
lamun salah lengkah
eta matak urang papa
leungeun lamun salah cokot
eta matak urang papa
ceuli lamun salah denge
eta matak urang salah jeueung
eta matak urang papa
irung lamun salah ambeu
eta matak urang papa
sungut lamun salah hakan salah inum
manguni salah na sabda
lamun sabda teu tuhu
lamun lain sabda jati
lamunna hamo rahayu
lamun tiis bawara
eta nu disasalahkeun
nu maka papa kalesa
sanyarah na angen-angen.

Sapamilang pangeusi raga
nu dipiawak sarira
eta nu matak malalatti
eta nu ngindit ngarampid
nu maanan kanah kawah

Artinya:
Anakku harus waspada
dengarkan sabda sang pandita
ingat-ingat jangan lupa
lalu nikmatilah dalam hati
namanya merentang tali

Ingat dalam dasa sila perhatikan dalam panca sakit bahwa menggerakkan tubuh dan melelahkan diri itu memperlancar kaki dan tangan kaki menjadi bagian badan kita, bila salah langkah akan menyebabkan kita sengsara tangan bila salah ambil akan menyebabkan kita sengsara telinga kalau salah mendengar
akan menyebabkan kita sengsara mata kalau salah lihat akan menyebabkan kita
sengsara hidung kalau salah cium
akan menyebabkan kita sengsara. Mulut bila salah makan dan minum apalagi salah ucap, kalau ucap tidak benar, kalau ucap tidak jujur, kalau berakibat tidak baik
kalau naas bawaannya itulah yang harus di salahkan yang membawa kesengsaraan dan noda ia bersarang dalam angan- angan.

Seluruh bagian pengisi tubuh yang membentuk diri kita itulah yang menyebabkan kita terseret menjerumuskan yang membawa kita dalam neraka.

kidung di atas adalah isi dari bait 1 sampai bait 3. Kidung nasehat untuk anak-anak yang di sampaikan oleh pandita dan orang tua. Makna dan nilai-nilai yang terkandung merupakan ajaran alat panca indra dalam menjalani kehidupan harus selalu dalam kondisi suci dan di gunakan untuk yang baik. Bagian tubuh kita merupakan sumber petaka yang membawa sengsara jika di gerakan untuk kegiatan yang jahat, merusak. Jika tubuh tidak di gerakan hanya diam saja akan menyebabkan tidak lancarnya sistim tubuh tapi tubuh akan membawa hal yang kita dapatkan baik jika di gunakan untuk kebaikan.

Suatu hal yang salah pasti akan membawa kesengsaraan. Ajaran budi leluhur Sunda sudah begitu luhur dan mulia, mendidik untuk kita berlaku penuh cinta kasih, berbudi baik dalam kehidupan.

Ajaran Sunda Sang Sewaka Darma ini selaras dengan Gurindam Dua Belas karya dari toko sastrawan dari tanah melayu yaitu pulau Penyengat, propinsi Riau yaitu Raja Ali Haji. Gurindam merupakan perkataan bersajak yang mengandung makna, syair sajak yang berisi petuah untuk kebaikan hidup.

Gurindam Dua Belas terdiri dari dua belas pasal, pasal yang selaras makna dengan Ajaran Sunda Sang Sewaka Darma bait satu sampai tiga adalah pasal yang keenam yaitu:

Apabila terpelihara mata
sedikit cita-cita

Apabila terpelihara kuping
kabar yang jahat tidaklah damping.

Apabila terpelihara lidah,
niscaya dapat dari padanya faidah

Bersungguh-sungguh engkau memelihara tangan,
dari pada segala berat dan ringan

Apabila perut terlalu penuh keluarkanlah fiil yang tiada senonoh.

Anggota tangan hendaklah ingat,
disitulah banyak orang yang hilang semangat.

Hendak peliharakan kaki
daripada berjalan yang membawa rugi.

Ajaran Agama Islam mengenai petuah ajaran budi ini pun tertuang dalam salah satu kitab yang berjudul. “Minhajul Abidin” di jelaskan oleh Iman Al-Ghazali yaitu: Siapa pun yang ingin bertakwa kepada Allah SWT hendaknya menjaga mata, telinga, lidah, hati, perut dari perbuatan dosa. Penjelasan Iman al-Ghazali yaitu: Mata merupakan sebab dari setiap keburukan dan sumber dari jenis penyakit. Mata lebih baik digunakan untuk melihat keagungan Rabb Semesta Alam, tidak ada kemuliaan yang tinggi dari pada itu, oleh karena sangat baik untuk memelihara dan memuliakan serta menghormatinya.

Telinga agar di lindungi dari mendengar hal yang tidak bermanfaat, karena orang yang mendengar di anggap bersekutu dengan orang yang berbicara.
Lidah merupakan anggota tubuh yang paling sulit untuk di kendalikan dan gampang durhaka. Sufyan bin Abdullah pernah bertanya pada Rosulullah SWT. Apa yang paling di takuti dari dirinya, Rosullah menjawab, lidah ini.

Dalam kitab ” Bidayatul Hidayah” Iman Al-Ghazali menyebutkan, anggota badan yang harus di hindari dari dosa adalah mata, tangan, dan kaki, kemaluan. Kitab “Bidayatul Hidayah” merupakan kitab yang berisi nilai-nilai adab, etika, untuk membentuk karakter ahlak yang baik.

Alkitab Yesaya ayat 16:
Basuhlah, bersihkan dirimu,
jauhkan perbuatan-perbuatan mu yang jahat dari depan mata Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik.

Alkitab kisah Rasul 28:27 :
Sebab hati bangsa ini telah menebal dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.

Ajaran Budaya sunda lebih dahulu ada sebagai pedomanan kehidupan masyarakat kuno, artinya sudah sangat beradab, berbudaya, yakin, percaya bahwa ada yang menghidupkan. Ajaran berupa naskah kuno Sunda selaras dengan ajaran agama yang banyak di ikuti oleh umat di dunia, dengan berbeda sebutan agamanya ternyata memiliki nilai dan ajaran pengetahuan yang sama. Ajaran agama siapa dan budaya siapa yang lebih tua sejarah telah mencatatnya, kita sebagai manusia hidup dalam zaman ini harus mempercayai, meyakini, dan mengamalkan ajaran kebaikan yang di sampaikan oleh kitab-kitab dan petuah siapapun jika adalah ajaran, ilmu, pengetahuan untuk menuju kebaikan hidup kita. Marilah kita tumbuhkan kesadaran diri untuk dapat menghargai agama dan budaya siapapun, menghargai manusia dari bangsa manapun, ingat kita di ciptakan dari Tuhan Yang Satu.Tuhan menciptakan perbedaan adalah karya besar Tuhan dan Kuasa Nya yang harus di syukuri dan di jaga, lestarikan oleh kita semua manusia.

Q.S. Ali Imran Ayat 3-4:
Dia menurunkan kepadamu Nabi Muhamad kitab Al-Qur’an dengan hak, membenarkan kitab-kitab sebelumnya serta telah menurunkan Taurat dan Injil.

Sunda,13 Buhun Perjuangan Walisongo Laskar Sabilillah Jawa Barat