JAWA BARAT | FOKUSPRIANGAN.ID – Kebangkitan ulama yang membangkitkan semangat keagamaan yaitu keislaman dan rasa keindonesian (nasionalisme) yang saat itu adanya gerakan pembaharuan ajaran Islam yang datang dari bangsa luar, menjajah di negeri tercinta Indonesia. Kebangkitan itu awal terjadi pada Abad Ke- 19 M. Kala itu para ulama belum memiliki wadah yang menjadi gerakan untuk menahan laju pengaruh adanya pembaharuan agama Islam di negeri tercinta kita.
Ulama bangkit, pesantren bangkit menjadi semangat berjuang dan membentuk kader- kader perlawanan, memperkuat semangat cinta tanah air (khubbul-wathan minal iman) untuk mengusir Belanda yang menjajah berabad lamanya dan mencegah meluasnya perubahan dalam pengajaran agama Islam pengaruh dari bangsa asing.
Perjuangan para ulama yang sudah membawa kita merdeka apakah dengan adanya kebangkitan kembali di zaman ini pergerakan merubah ajaran agama yang sangat meresahkan dalam kehidupan sosial masyarakat yang di lakukan oknum yang berkedok agama di masyarakat terulang kembali, sebagai anak cucu apakah kita, akan berdiam saja. ? Tidak. !!!
Ulama sudah membuat suatu lembaga besar untuk menjadi gerakan perlawanan dan lembaga organisasi itu bernama “Nahdlatul Ulama”. Kiai yang berjasa adalah Kiai Muhammad Kholil bin Abdul Latif yang terkenal dengan sebutan Syaikhona Kholil Bangkalan. Kedalaman ilmu agamanya sangat tinggi, visioner, semangat, cerdas dan berbudi pengerti sangat luhur. Sejumlah tokoh pesantren yang lahir, bangkit untuk melakukan pencegahan dan perlawanan di antaranya Kiai Hasyim Asy’ ari (Jombang), Kiai Wahab Hasbullah (Jombang), Kiai As, ad Syamsul Arifin (Situbondo), Kiai Abdul Karim (Kediri), Kiai Mas Nawawi bin Noerhasan (Sidogiri), Kiai Ridwan Abdullah (Surabaya), Kiai Bisri Sya suri (Jombang), Kiai Ma’sum (Lasem), Kiai Cholil Harum ( Rembang), Kiai Muhammad Siddiq (Jember), Kiai Muhammad Hasan (Genggong), Kiai Abdullah Mubarok (Suryalaya, Tasikmalaya), Kiai Munawwir (Yogyakarta). Mereka adalah pelopor dalam proses pendirian NU.
Kiai adalah sebutan untuk tokoh agama di Jawa dan di wilayah Indonesia lainnya. Kiai tidak hanya keagamaan tapi masalah kemasyarakatan juga memiliki peran. Hubungan antara para kiai di ikat dengan rantai persamaan dalam tata cara peribadahan, keilmuan, yang terus mengalir dari generasi ke generasi. Orentasi keilmuan ini yang di jaga sampai saat ini. Budaya dan tradisi sufisme untuk menjaga keilmunan sebagai tanggung jawab seorang hamba kepada Tuhannya. Cahaya yang terpancar sebagai seorang sufi sepontan terjadi sehingga orang yang ada di dekat merasa aman. Stuasi batiniyah melahirkan tindakan lahiriah yang memilik nilai budi luhur.
Budaya dan tradisi sufi adalah proses yang bersifat menghubungkan dimensi batiniyah dan dimensi luar yang bersifat lahiriyah. Budaya spritualis juga menjadikan para kiai berada dalam keluhuran ilmu. Tradisi dan budaya ini juga yang di bawa para ulama menyebarkan Islam pertama di Nusantara yaitu oleh Wali Songo. Tradisi dan budaya yang di lestarikan oleh kiai dan ulama Syaikhona Kholil Bangkalan yang di pegang teguh dan di ajarankan dari generasi ke generasi lewat organisasi NU.
Kondisi adanya dugaan pergeseran ajaran yang di lakukan oleh oknum yang mengatasnamakan agama Islam sudah merubah tata cara peribadahan dan jauh dari nilai agama yang Rosulullah SWT ajarkan dan membuat gejolak sosial di masyarakat, bahkan banyak merugikan masyarakat.
Atas dasar di atas maka para ulama dan kiai tanah air perlu membuat suatu organisasi yang berfungi untuk menjaga kesahihan ajaran Islam sesuai tradisi dan budaya yang di ajarkan walisongo dan kiai ulama NU. Sesuai dengan motto PWI Jawa Barat yang di kobarkan oleh Ketua PWI yaitu Kiai Aceng Mujib (Ketua Umum Jawa Barat) pada saat rapat pengurus DPD di Bandung baru-baru ini yaitu: “Mencerdaskan, Menjaga, Menguatkan”
Perjuangan Walisongo Indonesia (PWI) merupakan perkumpulan yang terdiri dari ulama pondok pesantren dan anak keturunan walisongo dan anak bangsa Indonesia yang berkedudukan di Cirebon Jawa Barat, ketua umum adakah KH. Abas Faud Hasyim. Dengan visi misi yang sama dengan NU artinya menjaga warwah NU. Perjuangan walisongo merupakan wadah yang bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi, budaya dan sosial.
Tujuan Pejuang Walisongo adalah perkumpulan sosial keagaman Islam dan mengakomodir kearifan lokal di bidang seni budaya dan ekonomi untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemulian harkat martabat manusia.
Tujuan berikutnya adalah melanjutkan ajaran Islam yang menganut faham ” Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang sudah di dakwahkan oleh walisongo untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang bermartabat, berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteran, kerukunan umat manusia untuk terciptanya rahmat bagi semesta alam.
Perjuangan Walisongo Indonesia memiliki visi misi yang sama dan justru lebih memperkuat NU dengan tujuan menjaga kemurnian ajaran agama Islam dengan bernafaskan kearifan lokal bangsa Indonesia sendiri. PWI organisasi menuju kebaikan, NU lebih kuat dan lebih terbaik lagi.
Semoga tulisan ini dapat menyadarkan masyarakat dan memberi pemahaman sejarah perjuang agama Islam di Indonesia sangatlah penuh perjuangan yang berat dan bertumpah darah untuk menjaga tanah air tercinta. Masyarakat Indonesia tetap eling dan waspada.