Teks Photo : iIlustrasi
Pewarta : Eka Lesmana
SUKABUMI | FOKUSPRIANGAN.ID – Konflik antara pengemudi angkot dan ojol yang terjadi 20 Aguatus 2024 kemarin adalah cerminan dari perubahan besar yang sedang terjadi dalam dunia transportasi.
Menurut salah satu aktivis Sukabumi Arnold mengatakan. Daripada terjebak dalam perpecahan, kita harus melihat ini sebagai kesempatan untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih
baik dan lebih inklusif.
“Dengan mengedepankan dialog, kerjasama, dan solusi inovatif, kita bisa memastikan bahwa kedua kelompok ini bisa hidup berdampingan dan sama sama sejahtera di masa depan. Masa depan transportasi di Indonesia haruslah menjadi masa depan yang mengakomodasi semua pihak, tanpa meninggalkan siapa pun di belakang,”ucap Arnold Rabu (21/08/24).
Lanjut dia, Di tengah persaingan sengit antara pengemudi angkot dan ojek online (ojol), dinamika politik lokal seperti Pilkada diduga sering kali memperkeruh suasana. Dalam momen-momen politik seperti ini, Pilkada selalu menjadi arena di mana berbagai kepentingan beradu.
“Di balik janji-janji kampanye dan retorika politik, ada strategi tersembunyi untuk memenangkan hati dan suara dari berbagai lapisan masyarakat. Dalam konteks persaingan antara pengemudi angkot dan ojol, para politisi mungkin tergoda untuk menggunakan isu ini, dengan harapan menarik dukungan dari salah satu kelompok.”Ujarnya.
“Seseorang kandidat mungkin menawarkan dukungan eksplisit kepada pengemudi angkot dengan menjanjikan regulasi yang lebih ketat terhadap ojol/angkot, sambil secara diam-diam mengamankan dukungan dari komunitas ojol/ angkot dengan janji-janji lain,” ungkapnya.
Menurut Arnold, Strategi semacam ini, meskipun efektif dalam jangka pendek untuk mendapatkan suara, pada akhirnya memperdalam polarisasi dan memperparah konflik di akar rumput. Terlalu clasic metode-motede seperti yang disampaikan itu, perlu adanya kreatifitas agar ini lebih menarik.”Katanya.
“Karena ciri negara ideal dalam islam itu Al-Madinah Al-fhadilah, masyarakat sadar, punya pengetahuan untuk bahagia dan praktik hidupnya juga membahagiakan, demokrasi dianggap sebagai salah satu sistem pemerintahan yang paling adil dan inklusif di zaman modern,” cetusnya.
Masih menurutnya, namun banyak sekali kritik terhadap demokrasi yang digaungkan Plato dalam karyanya republik, demokrasi cenderung memberikan kekuasaan kepada orang-orang
yang tidak berkompeten.
“Politisi sering kali lebih tergoda untuk mengejar popularitas dan kemenangan dalam pemilihan daripada mengejar kebenaran dan keadilan. Demokrasi cenderung mengarah pada ketidak stabilan dan anarki,” terangnya
Karena demokrasi sambung Arnold, didasarkan pada kebebasan yang luas, hal ini bisa menyebabkan kebebasan yang
berlebihan, di mana orang-orang mulai bertindak tanpa batasan atau disiplin.
Kebebasan semacam ini akan menyebabkan kekacauan sosial dan politik, karena setiap orang akan mengejar kepentingan pribadi tanpa memperhatikan hukum atau moralitas, demokrasi dapat menciptakan kesenjangan antara rakyat dan kepemimpinan. Karena pemimpin dalam demokrasi dipilih konsensus, mereka mungkin merasa terdorong untuk melayani kepentingan jangka pendek atau keinginan rakyat, meskipun hal itu bertentangan dengan kepentingan jangka panjang negara,” ujarnya
Kebijakan publik yang tidak stabil, inkonsisten, dan didasarkan pada kepuasan sesaat daripada visi yang lebih besar dan lebih bijaksana. Pada hakikatnya bahwa pemerintahan
yang baik harus dijalankan oleh mereka yang memiliki kebijaksanaan, pengetahuan, dan moralitas yang tinggi.”Pungkasnya.