Teks Poto: Jajangkungan (Berjalan Pakai Bambi)
FOKUSPRIANGAN.ID – Apa saja kaulinan barudak Sunda, Fungsi permainan dan manfaat apa saja kaulinan anu kudu tetap di lestarikan.?. Kaulinan (permainan) untuk anak-anak yang ada di Jawa Barat banyak dan beraneka garam dan biasanya setiap wilayah di Jawa Barat memilik ciri khas tersendiri permainan anaknya.
Bangsa Indonesia budayanya sangat beragam sehingga budaya setiap daerah ada corak dan ciri budaya terhadap permaian anak-anak yang berbeda caranya. Permainan anak-anak yang ada di Jawa Barat sangat beragam dan banyak fungsi serta nilai filosifi dan artistik yang berbudi luhur.
Pada zaman globalisasi ini, permainan anak-anak sudah tergerus bahkan sulit di temukan walaupun di pelosok desa, anak-anak lebih banyak bermain menggunakan ponsel yaitu bermain game yang aplikasinya tidak menampilkan permainan mendidik ataupun tokoh dari negeri sendiri, tetapi cerita dan tokohnya dari bangsa luar. Dan hal tersebut dapat merusak kesadaran anak-anak kita untuk bagaimana bisa mengetahui, mencintai permainan, cerita, tokoh negerinya sendiri.
Permainan digital cenderung individialistis, sehingga anak-anak kehilangan masa- masa bermain dengan alami, penuh makna dan manfaat bagi perkembangan hidupnya.
Saya sebagai pelaku budaya dan pemerhati budaya khususnya di Jawa Barat sangat prihatin akan hilangnya tradisi dan budaya permainan anak yang ada di Jawa Barat terutama, kaulinan barudak Sunda.
Apa saja nama-nama kaulinan barudak Sunda, diantaranya :
1.Hahariringan (melantunkan nyanyian). Hariringan adalah konsep pola asuh terhadap anak dari usia bayi, balita, dan merupakan ungsur budaya di masyarakat Sunda dengan di nyanyikan, merupakan pendukung kebudayaan yang bertujuan untuk kebaikan dan kebutuhan tumbuh kembangnya anak. Contoh Hariringan yaitu: ” Ayun-ayun ambing, diayun ayun ku samping”. “Jampe- jampe harupat, geura geude geura lumpat”.
Konsep budaya Sunda, dalam pola asuh anak mulai berusia bayi baru lahir, jika anak menagis di sebut “di pepende”. Tiap perubahan usia dari bulan ke bulan menuju usia dari tahun ke tahun hahariring yang di nyanyikan akan berbeda, mengikuti usia anak. Tumbuh kembang anak dari mulai bisa bicara, merangkak, berdiri, berjalan, bisa mencubit, mumukul, berlari, pada saat anak mulai latah menirukan orang tua nya, permainan di pohon dan lainnya.
Saat anak berusia 7 bulan pertumbuhan badannya mulai di sebut “lalangsudan”, usia 9 bulan “ngorondang ” (merangkak) maka orang tuanya akan mendudukan anak pada kakinya, tangannya di pegang orang tuanya sambil di nyanyikan : “Ucang – ucang angge Mulung muncang ka paranje, Di gogog ku anjing gede, Anjing gede nu ki lebe, Anjing leutik nu ki santri, Ari gog – gog cungungung”.
Pada saat anak belajar berdiri di nyanyikan, geng tu, geng tu, tuluy nangtung. Setelah anak berdiri, lalu berjalan (lelengkah halu), lalu orang tuanya sambil memberi semangat bernyanyi lagu “ning nong ning neu”, jika anaknya jatuh orang tua membujuk dengan ucapan “tuh bangkong na luncat” sambil berdoa, “Jampe- jampe harupat, Geura gede geura lumpat”.
Pada saat anak senang berlari-lari, permainannya adalah ucing-ucingan, kukudaan. Pada saat anak unjuk keberanian maka permainannya adalah jajangkungan atau engrang. Pada saat anak latah mengikuti dan menirukan orang tuanya, permainan adalah anjang-anjangan, mamasakan, lolotekan untuk anak wanita, sedangkan anak laki-laki adalah sasapian, hahayaman, papaculan, gogolekan. Bentuk permainan orang sunda menyebutnya adalah “Tuturut Munding”.
Contoh lagu “mamanukan” na, “Cing cangkeling Manuk cingkleung cindeten, Blos ka kolong Bapa satar buleneng”.
Masih banyak pola asuh sunda dalam tahap perkembang anak bahkan sampai usia dewasa. Ada permainan oray-orayan, eundeuk- eundeukan dan lainnya.
Kaulinan barudak masyarakat sunda selain sebagai pola asuh untuk tumbuh kembang anak dapat juga sebagai pengenalan anak terhadap alam, secara naluriah lingkugan untuk menciptakan sendiri bahan-bahan untuk membuat mainan anak-anak tersebut.
Fungsi permainan sebagai fungsi mengisi waktu, rekreasi, hiburan, kesenian, media belajar, dapat juga sebagai penghibur roh halus. Semua fungsi di atas untuk menyiapkan anak-anak agar kelak terbangun fisik dan mental agar dapat berpartisipasi dalam kehidupan di masyarakat.
Permainan adalah kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan bathin sehingga anak dapat mengenal suatu bentuk materi, berupa benda-benda, paham dan patuh pada aturan permainan dan banyak hal positif untuk perkembangan anak terhadap terbentuknya karakter.
Kaulinan barudak Sunda pada masyarakat Sunda pada zaman dahulu adalah sangat penting, karena dapat menjadi penilaian dan menetapkan keahlian seseorang anak. Hal ini di ungkap dalam Naskah Siksa Kandang Karesian, naskah yang berasal lembah Gunung Cikuray Garut Selatan yaitu:
“…. Hayang nyaho di pamaceuh ma: ceta maceh, ceta nirus, tatapukan, babarongan, babakutrakan, ubang ubangan, neureuy panca, munikeun lembur, ngadu lesung, asup kana lantar, ngadu nini, singsawatek kaulinan na, hempul tanya….”
Artinya, “Bila ingin tahu permainan, seperti yang di sebut di atas tanyakan saja pada empul (juru pantun) bahwa pada masa itu ada 11 jenis permainan.
Kaulinan barudak Sunda, permainan anak-anak masyarakat sunda lainnya seperti kelom batok, karinding, kokoleceran, naheun, kokoprak, ucing kalangkang, dodombaan, bedil sosolok, galah asin, galah burulu, galah jidar, sondah, sapintrong, bekel, congklak, adu pangkal, katapel.
Harapan kaulinan barudak Sunda tetap harus dilestarikan, baik oleh orang tua, guru di sekolah, dinas pendidikan, dinas budaya dan pariwisata, pelaku budaya, pelaku seni dapat bersinergi untuk kelangsungan permainan anak-anak agar anak-anak dapat mengetahui dan merasakan bermain dengan mainan yang tradisional karena banyak manfaat, fungsi untuk pembentukan tumbuh kembang, kekuatan mental dan spritual, mengenal alam, terbentuk karakter dan berkeahlian.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan kita ciptakan kembali kaulinan barudak Sunda sebagai sarana edukasi sejak dini dengan tampilan natural serta membudidayakan kearipan lokal budaya Sunda khususnya.
Di Garut selatan, daerah Cisurupan dapat kita temui kaulinan barudak Sunda yaitu di Kampung Bareto, konsep kampung Sunda yang menyediakan sarana edukasi pada anak-anak yang menyediakan permainan tradisional, bagi orang tua, pihak sekolah baik TK, SD, SMP dapat menjadi pilihan untuk sarana wisata budaya dan wisata alam bagi putra-putrinya.
Bandung 10 Mei 2024