Diduga Minimnya Pengawasan MPLS yang Mengakibatkan Satu Siswa Tewas, Puluhan Massa Amusi Geruduk Kantor Disdik Kabupaten Sukabumi

FOKUS SUKABUMI Pendidikan Sosial

Pewarta: Rusdi

SUKABUMI. FOKUSPRIANGAN.ID – Tanggapi diduga minimnya pengawasan pada kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah ( MPLS ), yang memakan satu korban jiwa siswa baru SMP peserta MPLS. Puluhan massa mahasiswa dari Aktivis Muda Sukabumi (Amusi) menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Rabu (2/7/23).

Berdasarkan informasi yang diperoleh, aksi massa ini menanggapi diduga minimnya pengawasan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan aktivitas di lingkungan sekolah. Mereka meminta agar dinas pendidikan meminta maaf secara terbuka di media terkait dengan kinerja yang dinilai buruk.

Perwakilan Aktivis Muda Sukabumi, Ronald kepada wartawan mengatakan, ada tiga poin yang dilayangkan oleh Amusi terkait dengan perbaikan sistem pendidikan dan evaluasi mengenai MPLS. Namun ini sebetulnya bukan aksi demontrasi melainkan audiensi dengan dinas pendidikan. “Kita sudah sampaikan tidak ada tendensi pribadi, ini murni untuk kebaikan pendidikan di Kabupaten Sukabumi. Disdik seharusnya legowo ketika melihat permasalahan ini dan mengevaluasi seluruh kinerja sampai tingkatan yang paling tinggi, dan jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali,” ujar Ronal kepada wartawan.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi Jujun Juaeni mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi terhadap mahasiswa yang memberikan koreksi kepada instansi pemerintahan terutama Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi. “Tentunya sebagai Institusi, dinas pendidikan harus siap menerima saran dan kritik dari siapapun, itu bukan menjadi hal tabu buat kami,” kata Jujun.

Ia menyikapi Amusi yang melakukan audiensi dengan pihaknya yang menuntut agar Kadis Pendidikan meminta maaf melalui media terkait kinerja dinasnya.
“Sebenarnya pada saat wawancara awal, hal yang pertama disampaikan itu adalah bela sungkawa kepada korban meninggalnya siswa Ciambar saat MPLS, setelah itu kami membuat langkah-langkah agar kejadian ini tidak terulang kembali,” jelasnya.

Jujun mengatakan, memang langkah-langkah tersebut tidak terekspose di media. Di antaranya dengan membekukan semua kegiatan ekstra kurikuler maupun kurikuler di luar sekolah. “Kedua ektra kurikuler itu kami bekukan sementara, lalu kami juga memberikan petunjuk pelaksanaan terhadap kesatuan pendidikan, agar bagaimana membuat peta kelola kegiatan itu yang baik,” ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa setelah kejadian itu memang pihaknya tidak ekspose ke media. “Sehingga dari rekan-rekan mahasiswa menganggap kami tidak melakukan tindakan korektif terhadap kejadian di Ciambar,” tandas Jujun.
Pada saat dilakukan audiensi, sejumlah awak media tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan untuk meliput.