Pembelian BBM Pertalite di Garut Diberlakukan Barcode, Konsumen Mengeluh

Fokus Jabar Sosial

Teks Photo:Ilustrasi

Pewarta : Tim FP Garut

KAB.GARUT. FOKUSPRIANGAN.ID – Pembatasan pembelian BBM bersubsidi membuat masyarakat di Kabupaten Garut mengeluh. Pasalnya, SPBU kini menerapkan setiap pembelian wajib menggunakan aplikasi My Pertamina.

Membuat para pelanggan BBM tersebut hampir setiap hari harus ngantri yang cukup panjang karena harus menggunakan Barcode, kalau tidak bisa menunjukan Barcode akhirnya di arahkan untuk mengisi BBM ke Pertamax, akhirnya mau tidak mau karena bensinnya habis terpaksa membeli Pertamax yang harganya lebih mahal dari Pertalite.

Menurut Ujang selaku pelaku UKM yang bergerak di bidang peternakan Sapi, mengatakan pada saat kerja bareng dengan Ketua FAHMI TAMAMI Garut menuju Kota Metropolitan DKI Jakarta.”Ia menyampaikan. “Aneh enya di Garut mah, semua Pom Bensin memberlakukan Barcode untuk pengisian BBMnya, kalau tidak punya barcode terpaksa harus beli ke Pertamax, Sementara di luar Garut, kemarin waktu ngisi di Tol Purbaleunyi tidak perlu ada Barcode sudah bisa ngisi BMM Pertalite. Lumayan bedanya hampir 35% dari Biaya Operasional yang biasa di gunakan untuk perjalanan ke luar Daerah Garut.”Katanya. Selasa (04/04/23).

Hal yang sama di sampaikan Oden warga Banyuresmi, “Asa lalieur kebijakan pemerintah sekarang, tidak semua orang punya mobil itu kaya, bisa saja orang tersebut punya mobil itu melalui kredit artinya bukan termasuk orang kaya karena dia punya sangkutan hutang ke Lissing/Perusahaan Kredit.” Ujarnya.

Saya sendiri sekarang bawa mobil hasil sewa, mau berbisnis ke Kota, maka di butuhkan biaya operasional yang cukup dan harus mencukupkan, misalnya 1 juta untuk bensin, makan dan rokok, disana sudah di anggarkan untuk bensin Rp. 200.000 untuk 20 Liter, Tiba-tiba pas mau ngisi bensin/Pertalite, karena tidak punya barcode,, akhirnya terpaksa beli Pertamax, maka biaya bensin naik menjadi Rp. 235.000.”Ujarnya.

Jadi saya selaku rakyat kecil memohon kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Dirut Pertamina, agar harga BMM berlaku untuk semua Kabupaten/Kota, terus tidak perlu pake Barrcode segala karena faktanya orang dan punya mobil mewah karena punya Barrcode bisa ngisi BBM Pertalite, Sementara orang biasa dan mobil yang di pake juga menang sewa terpaksa harus beli Pertamax karena alasan belum punya barcode,” Paparnya penuh harap.

Sementara Aep Saepudin seorang guru honorer di salahsatu SMA mengatakan, “Boleh saja harga BBM Naik tapi tolong fasilitasnya di perbaiki dan di perbanyak untuk jalur BBM Bersubsidi/Pertalite, jangan sampai mau beli 1 liter saja ngantrinya sampai 15 menit, jadi akan mempengaruhi pada efektivitas waktu, yang seharusnya perjalanan Cibatu – Garut bisa 45 menit, karena harus ngantri lama akhirnya 60 menit baru bisa sampai ke tujuan. Ungkapnya.

“‘Ada yang aneh dengan di berlakukannya Barcode untuk pembelian Pertalite tapi kok stocknya cepat habis, biasanya walaupun sudah malam, stok Pertalite masih ada, sekarang malah pas sekitar waktu ashar (16.00 – 18.00) hampir rata-rata setiap petugas SPBU mengatakan, “Pertalite habis” ada apa dibalik ini semua.?.”Cetusnya.

“Kami informasi kenapa Pertalite jadi langka di setiap Pom Bensin, karena ada dugunakan banyak di borong/di beli oleh pedagang eceran untuk pom miini di beberapa tempat yang ada di wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Garut.” Tandasnya.

Ketika di konfirmasi kepada Wakil Bupati Garut tentang Pemberlakuan Barcode untuk pengisian BBM Bersubsidi, dengan penuh bijak, dr. Helmi Budiman mengatakan, “Jangan bertanya ke saya, tanyakan saja ke Pertamina yang punya aturan, kenapa di Garut telah diberlakukan Barcode, mungkin itu menjadi keputusan pemerintah pusat.” Ujarnya singkat.