PbM-KP UNSIL Gelar Introduksi Teknologi Budidaya Padi Climate Smart Agriculture

Fokus Kota Tasik Sosial

Pewarta : H Amir

KOTA TASIK, FOKUSPRIANGAN.ID – Sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan di Kelompok Tani Wijaya Permai yang berada di Sindanggalih, Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya, Pengabdian Kepada Masyarakat Skema Ketahanan Pangan (PbM-KP) Universitas Siliwangi mengadakan Introduksi Teknologi Budidaya Padi Climate Smart Agriculture, hal ini dikatakan Ketua Pelaksana Nur Arifah Qurota A’yunin, M.Sc.

Pelaksana kegiatan pengabdian ini adalah tim Dosen dari Universitas Siliwangi. Dimana para Dosen yang terdiri dari Taufiq Firdaus Al Ghifari Atmadja, M.SiJanuar Arifin Ruslan, M.P dan saya sendiri menjadi nara sumber dan yang mana merupakan kolaborasi tim dari background pendidikan bidang teknologi pangan, gizi, agroteknologi dan agribisnis.

Tujuan digelarnya kegiatan ini adalah memberikan edukasi dan pendampingan budidaya padi ramah iklim agar dapat meningkatkan produktivitas pertanian secara berkelanjutan, meningkatkan ketahanan dalam beradaptasi dengan adanya perubahan iklim, mengurangi terjadinya emisi gas rumah kaca, dan menghemat penggunaan air untuk pengairan sawah

Sektor pertanian selain sebagai sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk Indonesia ternyata juga menghasilkan lebih dari setengah emisi CH. di Indonesia. Luasnya areal persawahan di Indonesia yang merupakan potensi besar untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, jika tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Bagi Indonesia yang merupakan negara kepulauan akan terkena dampak pemanasan global yang signifikan. Beberapa dampak yang akan diderita oleh Indonesia jika pemanasanglobal terus meningkat adalah 1) Naiknya permukaan air laut setinggi 60 cm pada tahun 2070. Akibatnya penduduk di daerah pantai akan kehilangan tempat tinggal dan mata pencahariandengan demikian pemerintah harus mengalokasikan dana yang lebih banyak lagi untuk rehabilitasi wilayah tepi pantai. Selain itu pada sektor pariwisata juga akan mengalamikerugian karena pantai-pantai yang berpotensi menghasilkan devisa negara terancam hilang oleh gelombang pasang,

2) Krisis air bersih di perkotaan,
3) Perubahan iklim yang terjadi akan meningkatkan frekuensi penyakit yang ditularkan oleh berbgai vektor dan 4) perubahan suhu dan pola hujan mengakibatkan produktivitas pertanian akan menurun,

Keterkaitan pertanian dengan pemanasan global tidak terlepas dari cara budidaya petani dalam mengelola lahan pertanian. Budidaya padi secara konvensional (termasuk di kelompok Tani Wijaya Permai) lebih mengutamakan penggunaan benih dan bibit seadanya, tanam sistem tegel, penggunaan pupuk kimia berlebihan dan petani senang melakukan penggenangan lahan secara terus-menerus. Para petani melakukan hal tersebut karena menganggap cara tersebut sudah dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman serta dapat menekan gulma. Padahal kegiatan tersebut dapat memicu peningkatan emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Beberapa upaya budidaya melalui berbagai penelitian dilakukan untuk memperbaiki sistem pertanian yang mampu menekan emisi GRK namun tetap memprioritaskan tercapainya produktivitas yang tinggi.

Salah satu pendekatan yang saat ini dipromosikan adalah budidaya padi ramah iklim (BPRI) atau Climate Smart Agriculture (CSA). BPRI atau CSA merupakan sistem budidaya padi rendah emisi dan adaptif terhadap perubahan iklim yang menekankan pada efisiensi pengelolaan air melalui sistem irigasi berselang, pengaturan teknik tanam, penggunaan varietas rendah emisi dan pengaturan pupuk yang berimbang sesuai kebutuhan tanaman.

“Rangkaian kegiatan PkM meliputi persiaan, edukasi dan sosialisasi, pra sekolah lapang, donasi benih dan pupuk, dan dilanjutkan dengan pendampingan. Kegiatan dikemas melalui metode penyuluhan dan focus discussion group. Peserta kegitatan antusias terhadap kegiatan ini dan memberikan respon yang baik. Kegiatan pengabdian mampu memberikan pengetahuan dan semangat baru dalam pengusahaan usahatani ramah iklim yang berkelanjutan, “pungkasnya