KAB. CIANJUR. FOKUSPRIANGAN.ID – Berbagai macam cara dapat kita lakukan untuk mengolah sampah rumah tangga menjadi berbagai barang bernilai, dimulai dengan memisahkan sampah-sampah yang kita hasilkan dari rumah tangga setiap harinya.
Pengelolaan sampah memerlukan manajemen yang baik dimulai dari Tempat Penampungan Sementara (TPS), hingga Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Pengolahan sampah memerlukan teknologi yang tepat agar produk pengolahannya tidak menghasilkan sampah kembali. Sampah dapat menjadi sumber polusi dan pencemaran lingkungan, salah satunya adalah pencemaran udara berupa bau yang tidak sedap muncul sebagai akibat dari pembusukan material organik dari sampah.
Teknologi biokonversi limbah ini kemudian diangkat oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam pemberian tema pelatihan pengolahan sampah untuk budidaya maggot sebagai pakan alternatif ikan yakni ikan lele.
Kegiatan Itu mengingat sampah merupakan permasalahan besar bagi lingkungan hidup, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka semakin banyak pula limbah sampah termasuk sampah rumah tangga.
Pada kesempatan itu Dosen Program Studi Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya IPB, Andri Hendriana, SPi, MSi menyatakan, bahwa pelatihan yang diberikan merupakan pemanfaatan limbah sampah rumah tangga, dengan memilah-milah sampah yang dapat dijadikan media budidaya maggot seperti dari sayuran dan sisa makanan kemudian dicacah, dan diberi bahan atraktan berupa tepung ikan yang berpeluang besar untuk magot berkembang, hal ini dikarenakan magot merupakan agen biokonversi.
Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut dilaksanakan, Minggu (5/9-2021) di Kelurahan Margajaya Kecamatan Bogor Barat, yang turut dihadiri dan dibuka langsung oleh Bapak Yudi Maryudi Somiki, SE selaku Lurah Margajaya, Babinsa Pelda Kusnali, S.Psi, Babinkamtibnas Slamet Riyadi, Ketua LPM, Ketua RT/RW dan warga RW 07 Margajaya.
Hal yang mendasari pemakaian magot BSF adalah pakan ikan umumnya terbuat dari bahan baku berupa tepung ikan yang tinggi protein dan relatif mahal, sehingga menyebabkan permasalahan biaya pakan masih tinggi.
Sebagaimana diketahui magot merupakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) yang mengandung protein cukup tinggi memiliki potensi sebagai bahan alternatif pakan ikan dan baik bagi pertumbuhan ikan, untuk mendapatkannya tidak memerlukan teknologi tinggi dan harganya relatif murah.
Uding Sastrawan, SP, M.Si yang merupakan Dosen Program Studi Manajemen Agribisnis, Sekolah Vokasi IPB University menambahkan penggunaan magot sebagai pakan alternatif pada budaya ikan lele dari berbagai penelitian dapat menggantikan sampai 50% pakan komersial, cara ini sangat baik bagi pembudidaya ikan lele untuk menurunkan biaya pakan dengan formulasi pakan tertentu sehingga biaya usaha bisa lebih efisien,”ucapnya Selasa (14/09/21).
Ketua program pengabdian kepada masyarakat Dr. Veralianta Sebayang, SP, M.Si yang juga Dosen Program Studi Manajemen Agribisnis, Sekolah Vokasi IPB University berharap agar program pelatihan dapat menanggulangi sampah rumah tangga yang ada disekitar kita, yang dapat dimanfaatkan dan bernilai tambah.
Keberhasilan pengolahan sampah organik menjadi pakan alternatif ikan lele dapat mendorong bisnis budidaya lele semakin layak. Apalagi pada masa pandemi ini, untuk mendorong perekonomian masyarakat perlu menciptakan peluang-peluang, usaha baru yang inovatif.
Selain itu menurut Ir. Wien Kuntari, M.Si yang juga sebagai Dosen Program Studi Manajemen Agribisnis, Sekolah Vokasi IPB University tolok ukur kebehasilan dan kesinambungan suatu bisnis sebagai daya tariknya adalah adanya keuntungan yang diperoleh oleh pembudidaya.
Selain pengelolaan secara teknis pembudidaya ikan lele, perlu juga mempromosikan ikan lele sebagai produk yang bernutrisi tinggi dan memiliki nilai ekonomi, serta dapat turut serta berpartisipasi dalam gerakan gemar makan ikan. (Bahtiar Rifa’i)