Reporter : Rusdi
SUKABUMI. FOKUSPRIANGAN.ID – Suara gemuruh menghantui Warga Kampung Ciherang, Desa Cijangkar,Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Suara itu kini semakin sering terdengar seiring dengan bencana pergerakan tanah Ciherang yang semakin meluas.
Suara gemuruh itu terdengar pada Rabu (3/2/2020) sekitar pukul 09.00 WIB kemudian pada pukul 11.00 WIB terdengar suara gemuruh lain yang berasal dari ambruknya sebuah sebuah dapur milik warga bernama Dede Ambruk.
Sebelumnya suara gemuruh terjadi pada Sabtu (30/1/21) yang lalu. Bahkan sensor seismik milik Badan Metrologi Klimitologi dan Geofisika ( BMKG ) di wilayah Kabupaten Sukabumi, menunjukkan adanya anomali gelombang seismik ketika warga melaporkan suara gemuruh yang disertai bunyi dentuman tersebut.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG,
Daryono, mengatakan, sejumlah warga berlarian keluar rumah setelah mendengar suara dentuman disertai Gemuruh tersebut pada Sabtu malam sekira pukul 19.00 WIB.
“Warga merasakan dua kali getaran sebelum muncul suara Gemuruh dan dentuman,” kata Daryono dalam keterangan tertulisnya. Tampak sangat jelas adanya rekaman seismik yang terjadi pada pukul 19.00.36 WIB hingga 19.00.43 WIB. “Lama durasi rekaman seismik berlangsung cukup singkat hanya selama 7 detik,” jelas Daryono.
Hari ini, Rabu (3/1/21), terdengar suara gemuruh ini membuat panik warga Ciherang. Kini mereka memilih berada di luar rumah.
Sementara itu Dede, pemilik rumah yang dapurnya ambruk sedih sebab bencana ini berdampak kepada rumah yang telah dihuni selama bertahun-tahun. “Sekarang saya tidur di rumah saudara, saya sedih cuma gimana lagi, mungkin sudah dari Allah segala apapun,” ujarnya sedih.
Informasi yang diperoleh dari warga ada sebanyak 53 Kepala Keluarga yang terpaksa meninggalkan rumah warga karena kondisi pergerakan tanah terus meluas. Total sekitar 6 rumah terpaksa dirobohkan karena dinilai membahayakan, sebagian rumah ditinggal penghuni. Kampung yang dulunya ramai, kini sepi bak kampung mati. “Di kedusunan ini kampung ini yang paling ramai, namun setelah ditinggal penghuninya sekarang sepi. Lagipula warga juga mendengar dentuman dan gemuruh setiap malam, jadi mereka takut,” kata Dede.