Situs Megalitikum Batu kujang di Sukabumi Diyakini Peninggalan Prabu Siliwangi

FOKUS SUKABUMI Seni dan Budaya Sosial

Reporter : Rusdi

SUKABUMI. FOKUSPRIANGAN.ID
– Situs Megalitikum Batu Kujang sebuah situs yang diyakini peninggalan Prabu Siliwangi yang secara administratif terletak di Kampung Tenjolaya Girang, Desa Cisaat, Kecamatan Cicurug. Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.

Situs ini terletak di Lereng Gunungsalak di areal yang bergelombang. secara astronomis terletak pada koordinat 6°45’09 LS dan 106°44’39” BT.
Area situs dibatasi aliran Sungai Cisaat di sebelah timur, sebelah utara berupa lahan pertanian, pertemuan aliran Cileueur dan areal persawahan di sebelah barat,Dan pertemuan aliran Sungai Cisaat serta dan Cileueur di sebelah selatan.

Untuk menuju Situs Batu Kujang, wisatawan harus berjalan kaki sepanjang setengah kilo meter, dengan disekitarnya perkebunan milik warga dan rerimbunan pohon bambu. Wisatawan pun melawati sungai Cisaat yang hanya dipenuhi air ketika musim penghujan, setelah menyebrangi sungai Cisaat baru lah wiaatawan sampai ke Situs Batu Kujang.

Juri kunci ( Kuncen ) Situs Batu Kujang Abah Uci kepada FokusPriangan mengatakan, Situs Batu Kujang I dan II merupakan situs yang permukaan tanahnya miring, makin ke utara makin tinggi. Di beberapa bagian lahan dibatasi struktur batu sehingga lahan ini membentuk punden berundak. “Bentuk lahan yang demikian terbagi menjadi dua, bagian pertama yang terletak di bagian timur situs dan bagian barat dari situs. Kedua bagian itu dibatasi oleh tanggul batu,” terang Abah Uci, Selasa (8/12).

Abah Uci menuturkan, pada bagian paling bawah atau paling selatan dari bagian pertama situs terdapat tiga menhir berukuran tinggi 79 cm, 67 cm, dan 60 cm.

Teras di atasnya tidak terdapat tinggalan arkeologis. “Di teras berikutnya terdapat 3 menhir berjajar dengan ukuran tinggi 92 cm, 52 cm, 95 cm. Selain itu juga terdapat batu datar berbentuk tidak beraturan. Di teras keempat dan kelima tidak ditemukan tinggalan arkeologis.Bagian kedua dari situs mempunyai bentuk lahan yang hampir sama dengan lahan bagian pertama,” ujarnya.

Dikatakannya, teras pertama terdapat hamparan batu berukuran panjang 135 cm, lebar 120 cm, dan tinggi 6 cm. Di sekitar hamparan batu tersebut terdapat menhir berukuran tinggi 79 cm; batu datar berukuran panjang 120 cm, lebar 34 cm, dan tebal 11 cm; dolmen berukuran panjang 116 cm, lebar 52 cm, dan tebal 13 cm; dan hamparan batu berukuran 200 cm x 160 cm. Di teras kedua terdapat batu alam,” kata Abah Uci.

Di teras selanjutnya, Ucapnya, terdapat menhir berukuran tinggi 147 cm, menhir yang lain berbentuk bengkok berukuran tinggi 105 cm. Di teras selanjutnya terdapat 3 menhir dan batu datar. Ukuran tinggi masing-masing menhir adalah 53 cm, 130 cm, dan 90 cm, sedangkan batu datar mempunyai ukuran 90 m x 60 cm. Di teras ketiga terdapat menhir berukuran tinggi 71 cm, dan dua batu datar yang masing-masing berukuran 90 cm x 37 cm dan 54 cm x 46 cm,” papar Abah Uci.

Selain itu, ujarnya, juga terdapat struktur batu melingkar dengan menhir berukuran tinggi 90 cm. Di teras keempat atau yang tertinggi terdapat struktur batu melingkar berdiameter 2m yang di tengahnya terdapat menhir dengan bentuk menyerupai kujang setinggi 208 cm. Menhir ini oleh masyarakat disebut Batu Kujang. “Di sebelah timur batu kujang terdapat menhir berukuran tinggi 52 cm. Di teras ini pula terdapat batu alam berjajar yang masing-masing berukuran 205 cm x 57 cm x 13 cm; 173 cm x 24 cm x 8 cm; 287 cm x 67 cm x 9 cm. Tinggalan lain di teras ini adalah batu jolang berukuran 180 cm x 107 cm dengan kedalaman lubang 14 cm. Selain di areal berpagar di lokasi ini terdapat batu alam berukuran 180 cm x 75 cm yang oleh masyarakat disebut batu mayat. Tinggalan arkeologis lainnya adalah menhir setinggi 95 cm,” terang Abah Uci.

Abah uci mengatakan, wisatawan banyak yang berkunjung ke Situs Batu Kujang, terutama pada bulan Mulud. “Kebanyak mereka ( wisatawan ) berkunjung kesini pada malam hari terutama pada malam Sabtu,” tandasnya.