Banjirbandang Sungai Cibuntu Pernah Terjadi Tahun 1975

FOKUS SUKABUMI Sosial

Reporter: Rusdi

SUKABUMI.FOKUSPRIANGAN.ID – Banjir bandang melanda lima Desa di Kecamatan Cicurug dan satu desa di Kecamatan Parungkuda, yang terparah adalah di Kampung Cibuntu Desa Pasawahan Kecamatan Cicurug yang terjadi Senin sore (21/9/20) kemarin.

Salah seorang Tokoh masyarakat Desa Pasawahan Abah Idom kepada FokusPriangan.id, Selasa (22/9/2020) mengatakan, banjir badang seperri ini pernah terjadi dulu sekitar tahun 1975. “Kalau tidak salah pernah terjadi pada tahun 1975, tetapi tidak sedahsyat sekarang, karena kalau sekarang banyak pemukiman penduduk hingga rumah-rumah penduduk hancur dihantam air bah,” kata Abah.

Sementara kalau dulu, belum banyak terdapat rumah penduduk. “Kalau dulu masih sepi, jadi sebenarnya lebih dahsyat dulu, soalnya kalau dahulu dibarengin sama longsornya tebing, jadi bukan airbah saja tapi tebing longsor juga ada,” katanya.

Sungainya pun tidak sesempit sekarang ini, ujar Abah Idom, kalau dahulu di sepanjang bantaran sungai tidak ada bangunan pemukiman warga, sehingga ketika terjadi bencana, tidak ada korbannya.

Hal senada dikatakan Solihin warga Cibuntu kepada FokusPriangan.id, kalau dulu hal seperti ini pernah terjadi, tahunnya dirinya mengaku lupa. “Dulu hal seperti ini pernah terjadi, tapi kejadian persisnya saya lupa,” ujarnya.
Solihin menuturkan, kalau dulu di Cibuntu belum dibangun jembatan dan pemukiman penduduknya juga masih sepi tidak seperti sekarang yang padat penduduk. “Dulu ketika terjadu banjir bandang air bah mengalir begitu saja tanpa ada yang menghalangi, tapi yang terjadi kemarin airbah mengalir begitu dahsyat, banyak yang menghalangi dialirannya, dan bantaran sungainya pun dipenuhi oleh bangunan,” terang Solihin.

Bangunan jembatan Cibuntu pun menurutnya terlalu pendek ketinggiannya. “Coba kedalaman sungai pas dijembatannya dalam tidak dangkal seperti ini, maka air bah akan dengan lancar mengalir,” ujar nya.
Dirinya pun merasa heran dengan banyaknya debit air yang tiba-tiba menerjang bantaran sungai Cibuni. “Padahal hujan kemarin tidak begitu deras, tapi lama sekali hujanya, terus jarak ke Gunung Salak pun tidak begitu jauh, terus saya heran kenapa bisa menjadi air bah seperti itu,” tandasnya.