Reporter: Aan.SGT
FOKUS CILEGON (Fp) – Ditengah kepungan Wabah Corona Virus Disease atau Covid-19, penyakit masyarakat (Pekat) justru semakin tumbuh subur dan berani menjajakan dirinya, tak merasa takut dengan adanya virus corona mengancam kesehatannya, Yang terpenting bagi mereka adalah kenikmatan. Sabtu (02/05/2020) malam.
Melalui salah satu aplikasi media sosial, prostitusi Online semakim tumbuh subur. Tak tanggung tanggung, penikmatnya justru datang dari kalangan remaja dengan memanfaatkan sejumlah penginapan dan kos-kosan di Kota Cilegon
Saat Fokuspriangan.id mencoba menulusuri prostitusi online di tengah wabah Covid-19, dan menemukan satu wanita yang statusnya adalah ibu rumah tangga sekaligus Kader Posyandu yang berada di Kota Cilegon, sebut saja (Intan) bukan nama sebenarnya. Saat bertemu di salah satu penginapan di Kota Cilegon.
“Ia mau gimana lagi mas, sekarang kebutuhan hidup nambah berat, belum lagi pendapatan suami pas-pasan tiap bulanya, kalo tarif sekali main sih standar mas 400-300 ribu mas, ini suami lagi masuk malam, jadi saya bisa stay di sini, klo anak-anak dirumah, dan jam 3 subuh saya dah harus sampe rumah biar ga ketauan,” ucapnya.
Meskipun adanya himbauan Pemerintah Kota Cilegon dan Maklumat Kaporli untuk tidak ke luar rumah atau social distancing. Hal itu sebagai upaya mencegah penularan Covid-19, akan tetapi himbauan Pemerintah Kota Cilegon tersebut tidak di laksanakan, menurutnya kebutuhan hiduplah yang jauh lebih penting.
“Kalo bicara takut sih takut mas, takut kena Covid-19, tapi mau gimana kebutuhan hidup lebih penting dari pada virus corona, kalo masalah suami sih saya begini ga tau lah mas, harus bisa atur waktu dan jangan sampe ketauan suami. Kan saya juga ngebantu kebutuhan ekonomi keluarga,” tandasnya seraya tidak punya dosa.
Di era digital, teknologi ternyata tak hanya berguna untuk kepentingan positif. Prostitusi pun turut andil menyemarakkan perputaran uang di dunia maya. Inilah dampak buruk yang sulit dicegah ketika sistem hidup kapitalis diterapkan. Pola pikir yang menjadikan asas manfaat dan mengagungkan kebebasan (liberalisme) telah merasuk sangat dalam di tengah masyarakat. Sehingga mereka yang notebene mayoritas muslim tak lagi menjadikan halal dan haram sebagai standar. Miris!.
Ditambah lagi kondisi perekonomian yang memang terpuruk. Persaingan hidup yang keras. Lapangan pekerjaan yang halal juga terbatas, jadi alasan klise para perempuan dari kalangan, remaja dan ibu rumah tangga ini terjun “bebas” di rimba kemaksiatan luar biasa tersebut. Semoga Pemerintah Kota Cilegon dapat mengurangi angka pengangguran dan menurunkan angka prostitusi yang sampai saat ini angka prostitusi di Kota Cilegon masih tinggi karena minimnya penanganan bisnis esek-esek di Wilayah Kota Cilegon. Apa lagi di tengah wabah pandemi Covid-19.