FOKUS CILEGON. (Fp) — Meski sempat diguyur hujan dan mati lampu, tidak menyurutkan ratusan warga Link. Palas, Kelurahan Bendungan, Kecamatan Cilegon untuk menghadiri dan memeriahkan peringatan Isra Mi’raj yang secara rutin setiap tahun diselenggarakan di Masjid Jami’ Al-Fuqon, Jum’at (6/3/2020) malam.
Salah satu warga, Dawud mengatakan alasan dirinya tak bergeming dengan kondisi yang mengingatkan pada masa silam tersebut, karena motivasi kecintaannya kepada Allah, Rasulallah dan berkumpul dengan orang-orang shaleh serta warga.
“Di acara ini banyak pelajaran yang bisa kita dapat, ini peristiwa agung yang patut kita resapi maknanya untuk bekal perjalanan hidup. Dengan gelap ini kita justru lebih khusuk mengingatkan waktu peristiwa Kanjeng Nabi Isra Mi’raj juga belum ada listrik,” tururnya.
Ketua Panitia PHBI Isra Mi’raj Masjid Jami’ Al-Furqon Palas, Muhammad Rijma mengatakan selain menjalankan program rutin Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di lingkungannya, ia ingin mengajak warga untuk terus meningkatkan keimanan dengan shalat yang diperintahkan kepada umat Islam dalam peristiwa Isra Mi’raj melalui Baginda Nabi Muhammad SAW.
“Walau cuaca kurang mendukung, warga masih antusias hadir, dan alhamdulillah hujan sudah reda dan listrik akhirnya nyala. Isra Mi’raj tahun ini kita panitia sepakat mengusung tema; Menjadi Generasi Hebat, Berkarakter dan Meningkatkan Keimanan yang Kokoh Untuk Membentuk Pribadi Muslim yang Sejati dan berahlaqul karimah” bebernya.
Dalam acara keagamaan tersebut, diawali dengan pembacaan kalam iIlahi atau ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibawakan oleh qori dan qoriah lokal ternama di Cilegon seperti Ustadz Khairul Jaza, Ustadz Firman dan Ustadzah Indah Zulfa.
Sedangkan acara utama berupa ceramah Agama dibawakan oleh Ustadz Keliring dan dipuncaki oleh Da’i ternama nan kocak dari Krotek, Cyakni Ustadz Habibi atau yang lebih akrab dipanggil Ustadz Jangkrik. Ada yang unik saat kedatangan Ustadz Jangkrik yang disambut untuk menunggangi kuda dengan iringan pawai obor dan lantunan shalawatan dari ujung kampung hingga memasuki masjid.
Sebagaiman diketahui, Bulan Rajab di Kota Cilegon sebagai daerah utama dalam penyebaran Agama Islam sejak jaman Kesultanan Banten, kerap diramaikan oleh aneka rupa acara peringatan sebuah kisah agung Isra’ Mi’raj. Mulai instansi pemerintahan hingga di pelosok daerah, masjid dan musholla baik di kantor-kantor swasta maupun di masyarakat kota dan desa, sebagian besar akan menyibukkan diri dengan gelaran demi memperingati perjalanan istimewa Kanjeng Nabi SAW.
Sejak kecil kita juga mungkin sudah akrab dengan rangkaian peristiwa di sekitar Isra Mi’raj. Salah satu yang cukup mahsyur adalah bahwa di tahun itu kerap disebut sebagai “tahun kesedihan”, ketika Kanjeng Nabi ditinggal wafat oleh Sayyidah Khadijah dan Abu Thalib, dua tokoh utama pendukung dakwah beliau. Dituturkan dalam sebuah riwayat bahwa demi menghibur Nabi Muhammad SAW, Allah menggelar “wisata rohani” dengan memperjalankan beliau dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha hingga Sidratul Muntaha, pulang pergi dalam waktu semalam.
Satu kisah lain yang barangkali kurang begitu dikenal adalah, peristiwa isr’a mi’raj dilatarbelakangi oleh rasa iri langit pada bumi. Diceritakan bahwa langit dan bumi saling mengejek, saling mengunggulkan diri, hingga pada adegan langit mati kutu sebab bumi memamerkan kebanggaanya ; di bumilah berpijak manusia paling mulia, Nabi Muhammad SAW.
Langit pun iri pada bumi. Ia menanggung rindu pada sosok manusia pilihan. Lantas ia bermohon pada Allah agar diperkenankan dipijak oleh Kanjeng Nabi Muhammad, dan akhirnya dikabulkan melalui peristiwa isra’ mi’raj.
Langit pun rindu pada sosok beliau yang sangat mulia. Rindukah kita padanya? Langit pun rindu pada manusia pilihan. Kepada kita yang mengaku sebagai pengikutnya, apakah langit pun merindukan?
Dengan mengamalkan dan mempelajari segenap teladan tindak laku Kanjeng Rasul melalui sirah Nabi, mari kita ajak saudara, teman, kerabat tetangga untuk menyelenggarakan peringatan Isra Mi’raj sebagi majelis ilmu Agama dan pedoman hidup bagi kita semua.
Jurnalis : Aan.SGT