FOKUS CILEGON. (Fp) – Perkembangan internet yang luar biasa tidak hanya sebatas sebagai penyedia akses terhadap informasi, tapi juga berkembang dalam bidang komunikasi. Jejaring sosial maupun chating dengan aplikasi tertentu merupakan perkembangan komunikasi di dunia maya. Minggu (23/02/2020) Malam
Komunikasi di dunia maya dapat juga dilakukan dengan menggunakan berbagai aplikasi, salah satunya dengan aplikasi media sosial yang sedang booming saat ini yaitu michat yang dapat melahirkan sebuah polemik prostitusi online
Sebut saja Bunga (nama samaran), seorang pekerja seks yang menawarkan dirinya melalui aplikasi michat, “Ya gue sih udah lama kali Bang bekerja sebagai pemuas napsu lelaki hidung belang, mau gimana lagi sekarang cari kerja halal susah, hidup di Kota harus berani Bang, kalo ga berani ya ga akan bisa makan, ga akan kebeli apa yang gue mau. Ya kalo bicara suka atau tidak suka nikmatin aja lah, walaupun gue hidup ditengah-tengah masyarakat, waktunya kumpul sama tetangga ya kumpul aja dan sebisa mungkin gue tutup kalo gue ini sebenarnya wanita penggoda” ucapnya
Terdapat pula masyarakat yang pro dan kontra. Menurut masyarakat yang kontra prostitusi merupakan penyakit masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai umum. Lokalisasi mempunyai dampak buruk bagi perkembangan psikologis, yaitu merusak moralitas dan akhlak masyarakat karena merupakan patologi sosial.
Keberadaan prostitusi seringkali ditentang oleh masyarakat terutama bagi yang kontra. Kita dapat melihat dalam media massa baik cetak maupun elektronik yang menentang keberadaan prostitusi. Mulai dari penggusuran hingga berujung pembakaran adalah bukti bahwa prostitusi kerap mendapatkan penolakan dari masyarakat atau kelompok tertentu.
Namun bagi masyarakat yang pro prostitusi menghadirkan dampak ekonomi yang luar biasa. Dengan adanya lokalisasi dengan peran para pekerja seks komersial memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar
“Banyak ko Bang perempuan alim tapi nyatanya sama kaya gue, dan selama gue jadi wanita pelayan seks buat para lelaki hidung belang ga pernah ada razia karena gue dan wanita lainya yang menggunakan aplikasi prostitusi online aman-aman aja, mungkin lebih mudah dan gampang cari pelangan ga harus keluar rumah” tandasnya
Di sisi lain keberadaan prostitusi adalah bentuk penyimpangan yang melanggar nilai hidup masyarakat. Hal ini menggambarkan dua sisi yang berlawanan antara orang-orang yang pro dengan yang kontra terhadap prostitusi.
Pertentangan antara prostitusi dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat membuat sebagian para pekerjanya harus mempertaruhkan diri untuk mendapatkan pandangan bahkan perlakuan yang tidak diharapkan dari masyarakat.
Pro dan kontra prostitusi dapat kita lihat dari syair yang dijadikan sebuah lagu dari penyanyi legendaris tanah air Titiek Puspa yang berjudul Kupu-Kupu Malam.
Syair ini menggambarkan bahwa prostitusi berdiri di antara dua sisi yang tidak lain menolak dan mendukung. Fakta inilah yang mendorong sebagian dari mereka menjalankan sebuah praktik prostitusi yang rahasia atau terselubung dengan kata lain prostitusi dilakukan tanpa diketahui khalayak umum. Prostitusi berjalan hanya sepengetahuan pekerja dan pelanggan.
Pelayan syahwat atau biasa disebut PSK adalah bisnis paling mudah untuk cari uang. Sama dengan bisnis pornografi lainnya, seperti model porno dll. Perempuan yang memang Allah ciptakan karakternya ” menarik perhatian” kaum Adam, dengan sedikit dandan dan berani malu maka bisa mulus di bisnis haram ini. Dan memang tak perlu modal yang banyak, dibanding bangun start up yang lagi booming. Tak heran, ini jadi cara instan bagi yang tak punya iman untuk cari nafkah.
Di era digital, teknologi ternyata tak hanya berguna untuk kepentingan positif. Prostitusi pun turut andil menyemarakkan perputaran uang di dunia maya. Inilah dampak buruk yang sulit dicegah ketika sistem hidup kapitalis diterapkan. Pola pikir yang menjadikan asas manfaat dan mengagungkan kebebasan (liberalisme) telah merasuk sangat dalam di tengah masyarakat. Sehingga mereka yang notebene mayoritas muslim tak lagi menjadikan halal dan haram sebagai standar. Miris!
Ditambah lagi kondisi perekonomian yang memang terpuruk. Persaingan hidup yang keras. Lapangan pekerjaan yang halal juga terbatas, jadi alasan klise para perempuan muda ini terjun “bebas” di rimba kemaksiatan luar biasa tersebut. Semoga Pemerintah Kota Cilegon dapat mengurangi angka pengangguran dan menurunkan angka prostitusi yang sampai saat ini angka prostitusi di Kota Cilegon masih tinggi karena minimnya penanganan bisnis esek-esek di Wilayah Kota Cilegon.
Jurnalis : Aan.SGT