FOKUS KAB TASIK (Fp) – Bertempat di Objek Wisata Batu Mahpar Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya telah dilaksanakan Deklarasi Forum Silaturahmi Sunda Dadunya yang dirangkaikan pula dengan Launching Geopark Galunggung, Kamis (20/02/2020).
Pada kegiatan tersebut dihadiri oleh beberapa Paguyuban, diantaranya Paguyuban Bambu Petuk yang berasal dari Bandung yang juga mengisi acara berupa pencarian bambu petuk yang kemudian bambu petuk tersebut diserahkan ke salah seorang tamu undangan yang hadir.
Lira selaku Ketua Ombak KBB kepada fokuspriangan menceritakan pengalaman dirinya dalam hal pencaharian bambu petuk.
“Pengalaman saya selama mengambil bambu-bambu petuk diakui baru satu tahun, saya ambil sendiri dengan cara menaiki pohon bambu. Bambu petuk itu beda dengan bambu pada umumnya. Tidak semua bambu yang ada di hutan itu ada bambu petiknya, dalam hal pencariannya pun kita ada semacam sinyal atau ada kekuatan dari batin kita bahwa pohon bambu yang terlihat itu ada bambu petuknya. Memang tidak semua wilayah dimana ada pohon bambu, ada bambu petuknya. Dalam mengambil bambu petuk itu saya selalu dalam kondisi tengah malam, kelihatannya seperti yang sulit dilakukan, tapi sebetulnya kalau mencari bambu petuk ditengah malam akan memudahkan karena ada sinaran-sinaran cahaya seakan pemberi kode bagi kita bahwa di pohon tersebut terdapat bambu petuknya. Ketika mengambil bambu petuk itu bukanlah hal yang mudah, apalagi bila pohon bambu tersebut sudah lama yang bukan ditanam, hal itu seperti yang diketahui bambu itu kan licin dan juga gatal dari duri-duri bambu tapi selebihnya ada penawar atau obat yang diberikan oleh A Ustad H Hari Petir. Kebetulan di Galunggung ini yang disebut juga Kabuyutan masih banyak bambu-bambu yang menurut saya sangat istimewa, disini ( lokasi batu Mahpar -red) dari beberapa rumpun bambu saya dapat bambu petuk. Bambunya pun sudah disimpan dalam musim bambu di batu Mahpar. Bambunya sangat bagus. Kalau kita ingin menaiki pohon bambu ya memang harus tau ilmunya, dasarnya. Tidak sembarang orang bisa melakukannya dan tidak semua orang bisa mengetahui di rumpun bambu ini ada bambu petuknya, sebelum memanjat pohon bambu saya mendapat arahan dari pak Ustadz memperbaiki badan seperti apa, diberi dzikir dan doanya. Ketika memotong bambu petuk pun tidak sembarangan memotong. Pertama kali saya memanjat Alhamdulillah lancar, bisa naik bisa turun, kalau rekan-rekan yang lain saat pertama kali bisa naik tetapi tidak bisa turun,’ jelas Lira.
Jurnalis ; Tim