FOKUS JAKARTA. (Fp) – Mahasiswa Universitas Islam As-Syafi’iyah menggelar aksi pada hari Rabu, (22/01) kemarin, didalam kampus Universitas Islam.
Dalam orasinya Mahasiswa As-Syafi’iyah menyuarakan aspirasi. Menuntut keterbukaan kampus kepada mahasiswa terhadap pemilihan Rektor dan Dekan Fakultas, Mendesak Rektor UIA untuk mencopot kepala BAKU karena melanggar kode etik profesi. Menuntut pihak yayasan untuk memperbaiki fasilitas mahasiswa dikampus seperti Lift, AC, Gedung, Kamar Mandi, Lapangan, Listrik, Hydron dan Lab. Mendesak Rektor UIA untuk memberhentikan kepala BAAK karena terindikasi melakukan pungli terhadap mahasiswa. Menuntut Rektor UIA untuk segera mengadakan konferensi terbuka terkait dana kemahasiswaan, Rincian dan riwayat bayaran mahasiswa. Meminta pihak yayasan untuk memperbaiki sistem birokrasi keuangan di UIA serta Mengusut tuntas pungli yang dilakukan fakultas terhadap mahasiswa
Ghiman selaku moderator aksi dan di awal dibukanya aksi ini menyampaikan hujan mengguyur UIA dan mengajak mahasiswa untuk ikut dalam barisan.
“Maaf mengganggu waktu UASnya kawan-kawan, kami hadir disini untuk menyuarakan aspirasi kalian semua yang sedang UAS dan berharap ada perbaikan kampus serta kebijakan kebijakan yang pro mahasiswa” pungkas Ghiman.
“Mahasiswa dengan tugas dan fungsinya sebagai Agent of change dan Agent of sosial control sudah selayaknya harus mengontrol kebijakan-kebijakan kampus. Maka bagi siapapun yang masih mengaku mahasiswa dan bukan di porsi siswa mari kita rapatkan barisan karena setetes keringat yang keluar dari saya adalah untuk kebaikan seluruh mahasiswa,” tutur Alif Ridhowi dalam orasi pembuka
Sementara Usman Nazarudin mahasiswa semester akhir UIA dalam orasi keduanya menyampaikan poin poin dan solusi perbaikan kampus. Salah satunya dengan mencopot Warek III bidang kemahasiswaan, kepala BAAK dan kepala BAKU.
“Dengan tegas saya sampaikan kepada seluruh mahasiswa yang masih mempunyai akal sehat, bahwa kepala BAAK diduga telah melakukan pungli uang transkip nilai sebesar 2000 per mahasiswa, pihak keuangan yang tidak mengerti alur dana kemahasiswaan serta Warek III yang tidak mengerti tugas pokok dan fungsinya” ucap Usman dalam orasinya
Di aksi ini Rektor UIA dan jajarannya sempat datang menemui mahasiswa, namun diminta oleh mahasiswa menunggu sampai mahasiswa selesai semua orasinya.
“Silahkan tunggu sampai kami selesai semua orasinya, lalu kami berikan Rektor untuk bicara” tutur mahasiswa.
Aksi pun dilanjutkan ke orator selanjutnya tetapi Rektor dan jajarannya pergi meninggalkan mahasiswa.
“Aksi kali ini bukan untuk kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan Sitti Arfa Namsa, Usman Nazarudin, Alif Ridhowi, maupun Edy Faturahman. Tapi untuk kepentingan seluruh mahasiswa. Pungli pungli yang diduga telah terjadi di kampus UIA, dari mulai transkip nilai yang berbayar 2000 sampai fakultas yang meminta uang tambahan untuk tutor bahkan sampai tidak ada perbaikan fasilitas kampus yang masif.” Sitti Arfa Namsa dalam orasinya.
“Kita mahasiswa diminta untuk tepat waktu membayar SPP dan tidak boleh mengikuti UAS jika belum melunasi. Dilain sisi kampus tidak memberikan rinciannya dan bahkan fasilitas kampus yang seharusnya di perbaiki tidak di perbaiki. Oleh sebab itu mari kita tegaskan bahwa UAS bukanlah ujian akhir semester tetapi Ultimatum As-Syafi’iyah segera untuk mengingatkan petinggi petinggi kampus,” lanjut Sitti Arfa Namsa
“Sebelum masuk ke UIA kita di iming-imingi ruangan ber AC, lift serta fasilitas lainnya, tapi apa yang kita dapatkan ? Ruangan yang panas, lift yang macet serta banyak yang tidak sesuai realita,” tutur Edy Faturahman selaku Presiden Mahasiswa.
Di akhir orasinya presiden mahasiswa kembali merefleksikan sumpah mahasiswa dan diikuti seluruh mahasiswa yang hadir.
“Perlu saya ingatkan sumpah mahasiswa supaya mahasiswa tau dan mengingatnya serta menanamkan dalam hatinya” lanjut Edy Faturahman.
“Kami pastikan setelah ini kami akan konsolidasi lebih lanjut dengan para mahasiswa dan akan turun kembali esok dengan masa satu universitas” ujar Edy Faturahman di akhir orasinya
Sampai akhir orasi dan menutup aksi pihak Rektorat sudah tidak menemui mahasiswa lagi.
Jurnalis : Nur Azizah