FOKUS LEBAK. (Fp) – Tahun 2001 hingga 2019, sebanyak 360 orang di Kabupaten Lebak tercatat positif terjangkit Human Immuno Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Deficiency Syndrome (AIDS). Dari jumlah itu, 170 orang di antaranya meninggal dunia akibat HIV/AIDS. (di kutip dari kabar Banten.com)
Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas kesehatan (Dioles) Lebak, dr Firman Rahmatullah mengatakan, berdasarkan data, sejak tahun 2001 hingga 2019 warga yang teridentifikasi positif terjangkit HIV/AIDS di Kabupaten Lebak mencapai 360 orang, dan 170 orang di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
“Para penderita yang masih hidup sebanyak 190 orang, terus dilakukan pengobatan diagnosa untuk memperbaiki kualitas hidupnya,” katanya
Pihaknya juga terus mengoptimalkan pencegahan melalui sosialisasi kepada masyarakat. Mengingat, penyakit HIV/AIDS hingga kini belum ada obatnya. Meski begitu, pengobatan penderita HIV/AIDS bisa dilayani di RSUD Adjidarmo Rangkasbitung secara gratis.
“Kami minta semua elemen, termasuk masyarakat juga media, tokoh agama dapat ikut berperan mencegah penyebaran penyakit yang mematikan itu,” ujarnya.
Menurutnya, penyebaran penyakit HIV/AIDS terdapat beberapa faktor. Antara lain, faktor pergaulan seks bebas, jarum suntik bekas narkoba, transfusi darah dari penderita positif juga air susu ibu yang positif ke bayinya.
“Selama ini, kasus penderita HIV/AIDS di Kabupaten Lebak kebanyakan kaum ibu-ibu. Itu diduga akibat suaminya sering berhubungan seks di luar,” ucapnya.
Ia mengatakan, saat ini cakupan penemuan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Lebak cukup rendah. Karena baru ditemukan sebanyak 360 orang dan 170 orang meninggal. Padahal, target estimasi 1.500 orang atau 0,01 persen dari 1,2 juta penduduk Kabupaten Lebak.
“Penyebab rendahnya kasus penemuan HIV/AIDS akibat minimnya anggaran dari APBD,” tuturnya.
Ia menjelaskan, pengalokasian dana untuk penanganan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Lebak hanya Rp 100 juta, sehingga dana tersebut tidak mencukupinya. Karena itu, untuk penemuan kasus baru HIV/AIDS dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi di setiap puskesmas dan rumah sakit.
“Kami merasa terbantu adanya pemeriksaan kesehatan ibu bayi itu bisa ditemukan kasus baru penderita HIV/AIDS,” katanya.
Jurnalis : Aan.SGT